Suasana sejuk kota Bandung kini menghampiri, genangan air membentuk lengkungan di jalan setapak. Serta beberapa tetesan hujan kembali membasahi tanah setelah tadi hujan sebentar.
"Terima kasih, mampir lagi ya," ucap Disa tersenyum kepada pembeli, ia cukup sibuk hari ini.
Rina mengelus rambut Disa pelan setelah mereka kembali tinggal berdua. "Akhirnya, kondisi keuangan kita bisa jadi lebih baik ya Sa."
Disa mengangguk pelan lalu kembali fokus kedepan. "Tapi Bu, Disa selalu berharap bisa tebus semuanya ke keluarga Alano," ucap Disa menatap toko yang sedang ia tempati.
Keluarga Alano benar-benar baik padanya. Padahal ia sempat membuat pemuda itu dibenci banyak orang, tapi entah kenapa Alano mau membantu dirinya setelah kejadian itu. Toko kue menjadi awal Disa menata kehidupannya kembali, jauh dari pusat masalahnya dulu. Karena Disa memang masih trauma atas kejadian yang ia alami.
"Mereka baik banget, mereka kasih kita semua ini. Padahal dulu Disa udah buat Alano di—"
"Saa, jangan dilanjutin," pinta Rina memegang kedua bahu Disa. "Kalau yang itu kita lupain ya. Semua pemberian mereka itu nggak bisa dibalas dengan apapun, tapi kita akan coba untuk jadi lebih baik lagi supaya kejadian sebelumnya nggak terjadi lagi."
Rina menyandarkan kepalanya ke kepala Disa sebentar.
"Permisi, ada kue apa aja ya?"
Rina langsung menegakkan kepalanya. Disa menoleh. Namun sedetik kemudian bibirnya mengembang sempurna, menatap dua orang itu tak percaya.
"Bunga!" girang Disa langsung berjalan keluar lalu memeluk Bunga yang tengah berdiri dengan Tio tepat di depan toko.
Rina ikut keluar lalu tersenyum ramah.
Tio menghampiri Rina lalu menyalami wanita itu sambil tersenyum.
"Gue kangen," ucap Bunga memeluk Disa erat, melepas segala rindu yang ia tahan.
"Gue juga," girang Disa melepas pelukannya lalu melemparkan senyum ke Tio. "Apa kabar, Tio?"
"Ya gini-gini aja sih, Sa," tawa Tio mencairkan suasana. Semua orang terkekeh sedangkan Bunga kembali memeluk Disa dari samping.
"Kapan sampai? Ada acara di Bandung?" tanya Rina menengahi.
"Enggak ada sih Tan, cuman kebetulan kita lagi libur jadi mau ketemu nih anak," ujar Bunga menyentil dahi Disa pelan.
"Cie si mbak kangen," ledek Disa mendapat pelukan erat dari Bunga.
"Kangen banget, Sa! Gue kangen banget sama lo," ucap Bunga sedikit melompat.
"Eh duduk dulu," pinta Rina menunjuk salah satu meja yang tersedia.
Mereka bertiga langsung duduk di meja tersebut, sedangkan Rina sibuk mengambil kue di etalase.
"Toko lo bagus juga," puji Bunga melirik sudut toko milik sahabatnya.
Rina menaruh kue di atas meja. "Nih dimakan."
"Makasih Tante," ucap Tio bersemangat.
"Oh ya, Tante mau pulang sebentar. Enggakpapa'kan?"
"Aman Tan, kita nggakpapa kok."
"Oh yaudah. Disa, Ibu tinggal bentar ya, kalian ngobrol aja," ucap Rina diangguki Disa, wanita itu akhirnya segera beranjak pergi keluar dari Toko.
Tio tidak membuang-buang waktu, ia langsung mencomot kue diatas meja dengan semangat.
"Ibu lo emang jago banget buat kue," puji Tio menikmati kue coklat buatan Rina.
Disa berdiri untuk mengambil air, ia hanya tersenyum dari kejauhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secercah Darah
Teen FictionTampan, kaya, cerdas. Sempurna. Kata orang, Alano itu sempurna. Padahal semua orang tau, tidak ada manusia yang sempurna. Sebuah alasan membuat Alano HARUS meraih peringkat satu paralel. Dengan kata lain, ia harus menyingkirkan sahabatnya sendiri d...