32

389 43 14
                                    

Mobil berwarna hitam masuk ke area rumah Antonio, wanita di dalam mobil itu langsung keluar dan melirik sekitarnya.

"Buk," sapa Unang yang baru saja keluar dari bagasi.

"Kakak saya ada di dalam?" tanya Laras menutup pintu mobil.

"Ada. Ada pengacara serta Buk Sera juga."

Dahi Laras mengernyit heran. "Pengacara?" ulang Laras diangguki Unang. Laras terdiam beberapa saat, mencoba mencocokkan kejadian ini dengan pertanyaan Alano ditelpon.

"Yaudah, saya masuk dulu," ujar Laras berjalan menuju pintu utama.

Langkah Laras terhenti lalu berbalik ke arah Bayu yang baru saja menutup pintu gerbang. Ia hampir melupakan sesuatu.

"Pak Bayu!" panggil Laras saat melihat Bayu berniat membuang kotak hitam ditangannya. Kotak itu ada dipos satpam saat Laras memasuki gerbang.

"Sini," panggil Laras diangguki Bayu.

Mata Laras terus menatap intens ke arah kotak yang Bayu pegang.
"Masih sering dapat kiriman ini?"  tanya Laras saat Bayu sudah berada di dekatnya.

Bayu mengangguk. "Masih, Buk. Apa nggak sebaiknya, pelakunya dicari? Kasihan Den Alano selalu dapat ginian."

Laras meraih kotak ditangan Bayu, bau menyengat berhasil menembus hidungnya. "Ck, kenapa sampai lupa buat cari tau pelakunya," kesal Laras kemudian melirik ke arah rumah.

"Ya udah, nanti saya urus," ujar Laras masuk kedalam rumah dengan kotak hitam yang masih ia bawa.

"Kalau begitu, saya permisi dulu," pamit Pengacara Antonio berdiri.

"Terima kasih, Pak Bisma," ujar Antonio menjabat tangan Bisma.

Laras langsung berjalan ke ruang tamu menemui tiga orang yang sedang mengadakan pertemuan. "Pak Bisma udah mau pulang?" tanya Laras ke pria yang merupakan pengacara Antonio dari awal tahun ini.

Bisma menoleh. "Iya, Buk. Saya sudah selesai, Kalau begitu saya permisi dulu," pamit Bisma dibalas senyuman dari Laras. Ketiganya menatap kepergian Bisma keluar rumah.

Mata Laras beralih ke arah dua orang dihadapannya. "Lama-lama aku muak liat muka kamu disini," ketus Laras menatap Sera tak senang.

"La." Antonio menggeleng memberi kode agar Laras tidak membuat ulah.

"Aku kesini bukan buat dia, jadi Sera kamu bisa keluar sekarang," usir Laras.

Sera tersenyum kaku lalu berniat pergi tapi Antonio langsung menahan tangannya agar tidak pergi

"Enggak, Sera tetap disini."

Laras memutar bola matanya jengah, ia lantas mendekati Sera dengan tatapan tajam. "Ngapain kamu kesini? Oh atau jangan-jangan pengacara itu kesini karena kamu minta bagian, iya?"

Sera mundur perlahan lalu merangkul tangan Antonio, Laras berdecih.

"Sebagai perempuan yang belum berstatus istri, kok manja banget sih? Malu dong, dia duda loh. Punya anak pula," hina Laras.

"La, Pak Bisma kesini bukan untuk itu. "

"Iya, La. Pak Bisma kesini untuk kasih berkas yang dia urus kemarin, berkas itu untuk balik nama tanah yang bakalan Mas Toni kasih untuk Alano," sambung Sera.

Laras terkekeh lalu menatap Antonio intens. "Untuk apa? Kamu mau nyogok Alano, supaya dia pulang? Kamu kan tau, Alano gak suka itu."

"Itu hanya hadiah ulang tahun," potong Antonio. "Hanya salah satu hadiah, untuk Alano."

Secercah DarahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang