Wajah Alano ditangkupkan dengan kedua tangan, ia berkali-kali mengganguk setuju walaupun sebenarnya tidak ada penjelasan Laras yang dimengerti.
"Gimana? Kamu paham?" tanya Laras memutar laptop berbalik ke arahnya.
Alano mengangguk malas lalu menyandarkan tubuhnya di sofa. "Aku harus kesana?"
"Kata Papa kamu sih gitu," ujar Laras sambil mengotak-atik laptop melihat konsep yang sedari tadi ia jelaskan kepada Alano.
"Kalau aku nolak?"
Laras melirik Alano sejenak sambil menggeleng pelan. "Kamu kenal dia dengan baik, Al. Lagian kalian udah beberapa hari nggak ketemu."
Alano berdecak sebal. "Kita lihat drama apa yang akan terjadi besok."
Laras menarik tangan kanan Alano dalam genggaman lalu mengelus punggung tangan itu lembut. "Sayang. Mau bagaimana pun dia tetap papa kamu, dia pasti kangen banget karena nggak ketemu kamu."
"Kangen? Bukannya udah sering pisah ya? Waktu aku sekolah di luar kota aja jarang ketemu dan semuanya baik-baik aja," celetuk Alano dengan nada kesal.
Laras mengalihkan tangannya kepuncak kepala Alano lalu merapikan rambut Alano kesamping. "Al, kamu masih nggak mau jelasin. Apa yang sebenarnya terjadi sampai kamu semarah ini?"
"Aku nggak marah," bantah Alano dibalas tatapan sayang dari Laras.
"Terus apa?"
Alano menoleh ke depan lalu memberikan tatapan kosong. "Aku cuman butuh waktu."
Kali ini Laras hanya bisa mengganguk lalu mencium puncak kepala Alano sayang. "Kamu anak yang baik, Al."
Wajah Alano tertunduk lesu. Baik? Apakah itu masih bisa ia dapatkan setelah semua hal yang terjadi.
"Aku nggak sebaik itu, Tan."Alano berdiri. "Aku ke kamar dulu."
Laras mengganguk lalu kembali memainkan laptop dihadapannya.
Alano melangkah maju tapi di langkah ketiga ia berbalik karena teringat sesuatu. "Tan."
"Kenapa?"
"Satpam di depan rumah bisa bela diri?"
Dahi Laras berkerut. "Emang kenapa kamu nanya gitu?"
"Aneh aja. Sejak kapan ada satpam yang bawa pistol?"
Sudut bibir Laras terangkat, ia ingat kalau satpam barunya itu kemarin mengatakan telah kehilangan pistol yang selalu ia bawa. "Tante yang suruh dia bawa pistol."
Kini giliran Alano yang dibuat binggung karena hal semacam itu cukup aneh.
"Alano," panggil Laras lalu tersenyum penuh arti ke arah Alano.
"Dimana pistol itu?"
Tubuh Alano tersentak, ia terkejut karena Laras mengetahui hal itu.
"Kamu tau kalau Tante nggak suka kamu bawa barang berbahaya kayak gitu. Dimana pistolnya Alano?"tanya Laras sambil menengadahkan tangan.
"Udah di buang," ucap Alano pergi meninggalkan Laras.
****
Beberapa orang siswa menatap ke arah jendela, mereka masih dibuat terperangah dengan apa yang ditampilkan di depan sekolah."Ajudan siapa tuh?"
"Parah, anak siapa dah yang di jemput pake ajudan?"
"Woi gila. Itu badannya kekar semua!"
![](https://img.wattpad.com/cover/274238480-288-k501005.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Secercah Darah
Teen FictionTampan, kaya, cerdas. Sempurna. Kata orang, Alano itu sempurna. Padahal semua orang tau, tidak ada manusia yang sempurna. Sebuah alasan membuat Alano HARUS meraih peringkat satu paralel. Dengan kata lain, ia harus menyingkirkan sahabatnya sendiri d...