Sudah hampir dua minggu Alano dinyatakan koma. Meskipun ia berhasil melewati masa kritis, tapi tetap saja suasana menjadi lebih mencekam, setiap detiknya terasa sangat menakutkan. Hanya Nara yang tidak pernah masuk ke dalam ruang ICU tempat Alano dirawat.
Aleta kini tengah berdiri di samping Alano, ia hanya bisa menatap wajah putranya sendu.
"Bisa ya, Al. Buka mata kamu hari ini. Jangan buat Mama takut," ucap Aleta memikirkan kemungkinan terburuk yang akan terjadi jika Alano tidak mampu bertahan.
Aleta tersenyum dari kejauhan karena ia tidak selalu bisa menyentuh Alano di kondisi seperti ini.
Antonio dan Nara sudah pergi pagi-pagi sekali, dua orang itu sudah berpamitan dan meminta Aleta mengabari mereka terkait kondisi Alano.
Aleta seketika teringat akan satu hal, ia tiba-tiba ingat tentang pemuda yang ia temui tempo hari di depan gudang. "Siapa anak itu? Apa tujuan utamanya sampai mau menghabisi Alano?"
***
Antonio berdiri di depan ruang pribadi pengacaranya, ia berdehem hingga menarik napas untuk mengendalikan diri. Ada dua orang pria yang mengikuti dirinya saat ini.
"Kalian tunggu disini," titah Antonio lalu masuk.
Bisma langsung berdiri menyambut kedatangan Antonio. "Selamat pagi, Pak," sapa Bisma menjabat tangan Antonio.
"Pagi Pak Bisma," balas Antonio.
"Silahkan duduk."
"Terima kasih," ujar Antonio duduk di sofa berhadapan langsung dengan Bisma. Pria itu berusaha menahan segala amarah yang tertahan di hatinya saat ini.
"Ada apa Bapak ingin bertemu sepagi ini? Ada yang bisa saya bantu?" tanya Bisma membuka pembicaraan, ia sama sekali tidak tau niat utama kedatangan Antonio saat ini.
"Saya mau Pak Bisma selesaikan kasus yang membuat anak saya koma," tegas Antonio mulai melancarkan aksinya.
"Memangnya anak Bapak kenapa?"
Antonio mengeluarkan kertas hasil laboratorium yang diberikan Aleta beberapa hari lalu. "Ada orang yang mencoba membunuh anak saya."
Antonio menyerahkan kertas itu ke tangan Bisma. "Tapi dia bebas gitu aja. Itu hasil lab yang menunjukkan beberapa jenis zat kimia berbahaya yang sengaja dicampur, saya dapatin hasilnya dari botol yang racun yang anak saya minum."
Bisma langsung membaca hasil lab itu dengan seksama. "Bisa ceritakan detail kejadiannya, Pak?"
"Anak saya di culik. Lalu dipaksa minum racun itu. Hanya saja pelakunya gagal, tapi anak saya tetap meminum racun itu karena tekanan yang ia rasakan. Menurut anda, apa itu bisa diperkarakan?"
Bisma mencoba menimang-nimang ucapan Antonio barusan. "Bisa, Pak. Kita bisa tuntut atas dasar penculikan dan percobaan pembunuhan."
"Saya mau dia ditangkap dan masuk penjara segera mungkin. Bisa?" tanya Antonio menatap Bisma tajam.
"Tentu saja bisa, Pak."
"Memangnya anda bisa." Antonio menjeda ucapannya sambil menatap Bisma intens. Dahi Bisma melipat keatas saat melihat tatapan aneh yang Antonio tunjukkan padanya.
"Menuntut anak anda sendiri?"
Bisma refleks berdiri diikuti Antonio. "Maksud Bapak apa?"
"Anda pura-pura nggak tau atau memang nggak tau? Kalau Deni, anak anda berusaha membuat anak saya celaka?"
"Deni nggak mungkin lakuin hal itu," bela Bisma tidak terima.
"Saya punya saksi dan itu bisa memberatkan anak anda dalam kasus ini!" tegas Antonio.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secercah Darah
Ficção AdolescenteTampan, kaya, cerdas. Sempurna. Kata orang, Alano itu sempurna. Padahal semua orang tau, tidak ada manusia yang sempurna. Sebuah alasan membuat Alano HARUS meraih peringkat satu paralel. Dengan kata lain, ia harus menyingkirkan sahabatnya sendiri d...