"Gak waras lu," geleng Alano saat Nara membawanya ke pusat keramaian.
"Waras kok, Al. Ini kan cuman pasar malam," ujar Nara tersenyum manis.
"Na, lo nggak mau ganti hadiah? Gue kirim lo ke London juga nggakpapa deh," tawar Alano karena Nara mengajaknya ke pasar malam sebagai imbalan.
"Emang ribet ngomong sama sultan. Udah ikut aja," ucap Nara menarik tangan Alano masuk kedalam pasar malam.
Alano menghentikan langkahnya lalu menarik tangan Nara. "Orang tua lo pasti marah kalau anak gadisnya pulang malam, mending lo pulang aja."
Nara menahan tangan Alano sembari tersenyum. "Lo tenang aja, tadi gue udah minta izin jadi mereka nggakpapa."
"Baju lo belum ganti, jadi sekarang gue antar lo pulang," ajak Alano menarik tangan Nara tapi gadis itu justru menahan langkahnya.
"Itu gunanya dompet lo sekarang," tukas Nara menarik tangan Alano ke tempat penjual baju murah.
"Na, kemana?" tanya Alano saat gadis itu terus membawanya ke dalam keramaian.
Mereka berhenti disalah satu kios yang menjual pakaian dengan cara ditaruh diatas tikar. Nara langsung berinisiatif berjongkok untuk mengambil beberapa pakaian yang ada disana.
"Nggak mau beli di mall?" tanya Alano menahan Nara agar tidak berjongkok.
"Ribet! Lo itu ribet, udah mending lo diem aja," celetuk Nara langsung berjongkok.
Nara mengambil Hoodie berwarna abu-abu untuk ia kenakan menutupi seragam yang masih ia pakai. Hari ini adalah jadwal close meeting dan kebetulan Nara memakai celana olahraga bukan rok.
"Ini berapa pak?" tanya Nara menunjukkan Hoodie tersebut ke pria yang sedari tadi menawari harga ke pembeli lain.
"35 ribu aja, Dek," ujar pria yang menjaga kios tersebut.
"Oke. Al, bayar."
Alano mengganguk pasrah lalu mengeluarkan uang seratus ribu dari dalam dompet.
Nara menerima uang tersebut dan menyerahkannya ke penjual. "Ini, Pak. Tolong kembaliannya."
"Eh, Nggak us-Aaa!" Alano menatap Nara sinis, gadis itu dengan sengaja menginjak kakinya.
"Sakit," desis Alano menarik kakinya dari bawah kaki Nara.
"Ini pasar malam, lo perlu uang receh."
"Gue nggak biasa megang uang receh," bisik Alano membuat Nara bergidik ngeri.
"Tapi sekarang kita butuh, please jangan ribet kayak emak-emak," tutur Nara menerima kembalian.
Dengan cepat gadis itu langsung menarik tangan Alano mencari wahana yang mungkin bisa mereka coba.
"Pakai dulu, entar masuk angin," ujar Alano mengedarkan pandangannya. Nara mengganguk lalu memasang Hoodie dan mengikat rambut ekor kuda.
"Eh itu ada popcorn," tunjuk Nara, Alano menyipitkan matanya melihat ke arah popcorn yang digantung.
"Higenis nggak?" tanya Alano mendapatkan tatapan sinis dari Nara.
"Wah penghinaan. Coba aja, bersih kok. Enak juga."
"Ck, lo aja," ketus Alano melirik sekitarnya.
"Terserah. Lo tunggu sini, gue kesana," ujar Nara berjalan meninggalkan Alano.
Sementara Nara membeli popcorn, Alano memilih melihat gadis itu dari kejauhan. Yang membuatnya risih adalah beberapa orang gadis yang sedari tadi mondar mandir tak tau arah dihadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secercah Darah
Teen FictionTampan, kaya, cerdas. Sempurna. Kata orang, Alano itu sempurna. Padahal semua orang tau, tidak ada manusia yang sempurna. Sebuah alasan membuat Alano HARUS meraih peringkat satu paralel. Dengan kata lain, ia harus menyingkirkan sahabatnya sendiri d...