Deru motor kian terdengar nyaring, beserta suara girang dari ujung jalan.
Seorang pemuda berjalan kedalam kerumunan sambil menutup wajahnya menggunakan masker dan kupluk hoodie agar tidak menjadi pusat perhatian.
"Gue menang!" pekik seorang pemuda yang berhasil mencapai garis finish mengalahkan lawannya.
"Bili," desis sosok itu dibalik masker.
Bili tertawa mengejek lawan lalu menerima hadiah berupa uang taruhan yang telah ditentukan.
"Bro, lain kali jangan main-main sama gue," ejek Bili memasukan uang ke dalam saku.
Bili turun dari motor, pemuda berkulit sawo matang itu lantas mengambil air untuk membasahi tenggorokan.
Sesekali ia tertawa karena mendapatkan lawan yang tidak sebanding.
Tawa Bili terhenti saat seseorang menyentuh pundaknya.
"Siapa lu?"
Tanpa menjawab pemuda itu menarik tangan Bili kasar agar keluar dari jalur balapan.
Bili menghempaskan tangannya kasar tepat di tempat yang cukup gelap serta jauh dari area ia balapan tadi.
"Lo mau mati, ha!" bentak Bili mencengkeram kuat leher orang yang berani menariknya tanpa izin.
"Coba aja, kalau lo berani."
Cengkraman Bili menurun bersamaan dengan suara tawa.
"Alano," tawa Bili menarik masker yang menutupi wajah Alano memperlihatkan wajah tampan tapi dingin dari sosok Alano.
"Apa kabar, Bro," tukas Bili memeluk tubuh Alano.
Alano tetap diam tanpa berniat membalas pelukan Bili.
Bili melepas pelukannya sambil menatap pemuda itu intens. "Gue denger lo coba bunuh Disa."
"Tau darimana?" tanya Alano pura-pura tidak tau.
"Deni," ujar Bili blak-blakan membuat Alano tersenyum miring.
Bili mundur perlahan lalu melihat tubuh Alano dari atas sampai bawah.
"Tapi kok bisa ya?" ujar Bili sambil memegang dagu."Apa?"
"Lo masih hidup? Gue pikir si Deni udah suruh orang buat bunuh lo karena kejadian ini," tawa Bili sedikit mengejek.
Alano memasukan tangan kanan ke dalam saku lalu melirik Bili dengan tatapan tenang tanpa berniat membalas ejekan yang Bili layangkan.
"Kapan terakhir Deni kesini?" ujar Alano mulai melancarkan niat utama mencari Bili yang tak lain adalah teman balapan Deni.
"Sekitar dua hari yang lalu," jawab Bili jujur.
"Lo berdua berantem?" tebak Bili tepat sasaran.
"Dia ngapain?" tanya Alano tak ingin basa-basi lebih lama lagi.
Bili terkekeh sambil menepuk pundak Alano. "Balapan. Biasalah, bokapnya kagak kasih duit. Padahal hampir sebulan dia nggak balapan."
Alano menepis tangan Bili kasar sambil memberikan tatapan mengintograsi.
"Lo kok serius banget?"
Alano menyorot ke arah motor Bili lalu sedetik kemudian kembali memfokuskan matanya ke arah pemuda berkulit sawo matang itu.
"Motor baru," tunjuk Alano ke arah motor merah yang terparkir di ujung jalan.
Bili mengganguk.
Alano maju beberapa langkah memberikan jarak sekitar 1 meter dengan Bili. "Sebelumnya—"
KAMU SEDANG MEMBACA
Secercah Darah
Teen FictionTampan, kaya, cerdas. Sempurna. Kata orang, Alano itu sempurna. Padahal semua orang tau, tidak ada manusia yang sempurna. Sebuah alasan membuat Alano HARUS meraih peringkat satu paralel. Dengan kata lain, ia harus menyingkirkan sahabatnya sendiri d...