42

476 45 7
                                    

Nara berjalan perlahan menuju sebuah ruangan, semua orang sudah tertidur. Ia sudah hapal betul apa yang terjadi setiap malam semenjak Alano di rawat.

Ia melewati Antonio yang tertidur di kursi panjang dekat ruang Alano, sedangkan Aleta harus pulang untuk mengantar Riko yang kelelahan karena baru pulang dari luar kota.

Gadis itu membuka pintu ruang rawat adiknya, membuat suara decitan sedikit terdengar. Nara menoleh ke arah Alano, sesuai dugaannya kalau malam ini Alano kembali begadang.

Nara tidak bisa sembarangan masuk karena Laras saat ini tengah tertidur di kursi, tepat disamping Alano.

"Syutt," panggil Nara pelan tapi masih bisa di dengar Alano. Pemuda itu menoleh, Alano tersenyum tipis saat melihat Nara yang tengah berdiri di depan pintu.

Nara menyatukan kedua tangannya lalu menggerakkannya ke samping dengan mata tertutup, sebagai kode agar Alano lekas tidur.

Alano menggeleng, ia justru memberi kode agar Nara mendekat.

Nara menatap Alano terkejut, bahkan untuk mendekat saja ia tidak berani, takut mengganggu Laras.

"Cepetan," pinta Alano masih mendapat gelengan kepala dari Kakaknya.

Alano berdecak pelan. "Kak Nesa!" kesal Alano membangunkan Laras.

"Kenapa, Al?" tanya Laras mengangkat kepalanya dari kasur. Laras mengekori arah Alano memandang.

Nara tersentak saat Laras menatapnya penuh tanya. "Maaf, Tan," ucap Nara melirik Alano sinis.

"Belum tidur?"

Nara menggeleng sambil tersenyum kaku.

"Insomnia," tutur Alano menunjuk gadis yang masih berdiri didepan pintu.

Nara memelototkan matanya mendengar tuduhan Alano. "Sembarangan, gue nggak insom. Gue terbiasa nggak tidur juga karena lu selalu begadang sampai jam 4 pagi."

Laras kembali menoleh ke arah Alano seolah bertanya apakah pernyataan Nara barusan benar.

"Aku tidur kok, Tan," bela Alano mengerti tatapan yang Laras berikan.

"Iya, tapi jam 6 udah bangun," cibir Nara membuat Alano kesal.

Laras kembali menatap Nara heran.

"Kenapa masih berdiri di situ?" tanya Laras. Nara meneguk ludahnya karena baru menyadari ia datang ke kamar Alano sangat larut.

"Masuk."

Untuk sesaat Nara tertegun, ia tidak menyangka Laras akan mengizinkannya masuk. "Boleh?"

"Emang siapa yang larang?" ujar Laras bertanya balik.

Nara tersenyum kikuk lalu memilih masuk.

"Kenapa seneng banget begadang sih?" tanya Nara duduk diatas kasur.

Alano hanya mengedikkan bahu, ia memang tidak mengantuk padahal sudah pukul 1 malam. Pemuda itu sudah bangun setengah jam lalu tapi tidak berniat membangunkan Laras.

"Kak, pinjam hp sama earphone," ujar Alano menyodorkan tangannya didepan Nara.

Nara hanya mengganguk sambil merogoh saku mengambil ponsel dan earphonenya untuk diberikan kepada Alano.

"Nih," serah Nara.

Laras semakin binggung melihat kejadian itu. Apalagi saat Alano memanggil Nara dengan sebutan Kakak. Karena ia bahkan tidak pernah menyinggung soal saudara Alano dan sebelumnya Alano juga tidak pernah tau apakah Kakaknya laki-laki atau perempuan.

Secercah DarahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang