Kalau bisa di deskripsi kan mungkin ini yang di sebut dengan sakit dan berdarah. Bagaimana tidak kalau memang itu yang tengah di rasakan oleh Gerdylan.
Pagi tadi saking hebohnya Gerdylan mau pulang sore nanti Yasha yang memang baru bangun tidur lanjut sarapan sibuk kesana kemari berinisiatif untuk menyuapi Gerdylan setelah dia menyelesaikan makanannya.
Katanya jarang jarang dia yang merawat orang sakit, biasanya juga dia yang di rawat oleh orang.
Dan tidak ada yang bisa protes kalau anak itu sudah bicara, selain tidak mau berdebat dengan seorang Yasha pagi pagi, tidak ada salahnya juga kalau hanya menyuapi Gerdylan.
Tapi yang jadi masalahnya bukan disitu, tapi ketika Yasha yang katanya ingin menyuapi Gerdylan pindah ke sisi ranjang yang di tempati kakak sulung nya itu asal saja sampai dia tidak memperhatikan kalau tangan kakak nya yang sedang di infus berada di dekatnya hingga Yasha mendudukinya, Gerdylan berjerit nyaring sekali merasakan rasa sakit yang luar biasa di tangannya.
Yasha terhenyak kaget, dia tidak tau kalau hal itu akan terjadi karena memang itu tidak disengaja.
Yasha buru-buru bangkit dari duduk nya sembari mengurut dadanya ketika jantungnya yang terkejut memberikan reaksi berlebih dengan debaran yang kencang.
Hanna yang sedang mengupas buah segera menghampiri anaknya setelah menaruh pisau di meja.
"Ya, Allah tangan kamu berdarah Ge." Hanna bicara, melihat tangan Gerdylan yang di infus mengeluarkan darah.
Yasha yang ada di belakang punggung Hanna mendekat, melihat dengan jelas tangan kakaknya yang memang berdarah akibat dari kecerobohan nya.
Yang terjadi berikutnya, anak itu menangis. Memberikan atensi kepada Hanna juga Yasir yang kebetulan ada di ruangan. Bahkan Gerdylan yang semula takut-takut melihat tangannya kini mulai memperhatikan adiknya yang menangis.
"Cepetan panggil dokter Pih." Hanna geram sekali melihat respon lambat Suaminya yang hanya diam saja terlihat bingung harus berbuat apa.
Kepala keluarga Gemerald itu lalu langsung bergerak setelah di perintah oleh Hanna. Saking panik nya ayah empat anak itu malah berlarian ke luar tempat suster dan kembali bersama seorang suster yang membawa peralatan untuk pertolongan pertama pada Gerdylan.
Yasha masih menangis tapi tidak sesegukan seperti tadi anak itu malu katanya di liat oleh perawat yang cukup dia kenal. Takut nantinya di ledek saat bertemu lagi.
Jadi hanya memperhatikan bagaimana cara perawatan itu memberikan pertolongan kepada kakaknya. Tanpa berkomentar sedikitpun seperti biasa.
Perawat tersebut melepaskan infus lalu setelah nya membersihkan tangan Gerdylan yang terkena darah, semuanya Yasha lihat dari balik punggung Hanna dengan perasaan bersalahnya.
"Dek, kok napasnya aneh." Hanna menolehkan kepalanya ke arah anak bungsunya.
Dia baru menyadari kalau nafas Yasha yang berada tepat di telinga nya terdengar aneh, berat dan sedikit cepat.
"Ya Allah, kamu pucet banget." Hanna cepat-cepat berbalik dan memegang kedua bahu anaknya.
Hanna menuntun Yasha duduk di kursi di bantu oleh perawat yang kebetulan masih di berada di ruangan.
"Apa yang di rasain?" Perawat langsung bertanya ketika Yasha sudah duduk bersandar di sofa.
Anak itu belum bisa menjawab masih sibuk mengatur napasnya karena rasa panik yang tiba-tiba saja menguasai nya cukup membuat napasnya kacau. Tangannya entah sejak kapan mencengkram sisi dada kirinya secara brutal karena rasa tidak nyaman yang makin lama makin membuatnya mual.

KAMU SEDANG MEMBACA
Gema Yasha Gemelard
Teen FictionHanya berisi keseharian Yasha yang manja, jahil dan di sayang keluarga.