03. Mengeluh

1.7K 125 5
                                    

Bismillah

Koreksi typo

Selamat membaca :)

***

Rama memangku sebuah gitar di pahanya, jemari tangannya bergerak memainkan senarnya secara acak. Memang tidak ada niatan untuk memainkannya. Sementara tatapannya tertuju ke arah jalanan yang banyak di lalui oleh kendaraan, jalanan hari ini tampak lebih lenggang dari biasanya.

Gitar yang berada di pangkuan Rama di hendak ambil oleh Ali yang entah sejak kapan sudah duduk di kursi sampingnya.

"Pinjem bang." pinta Ali.

Rama menjauhkan gitarnya dari jangkauan Ali, "Tangan lo bersih?" tanya Rama sebelum menyerahkan gitar miliknya yang hampir tidak pernah di bawa pulang ke rumah.

Ali menunjukkan telapak tangannya pada Rama, tangannya sudah di cuci bersih tanpa noda bekas oli. "Bersih kinclong nih bang." jawab Ali.

Dan barulah Rama memberikan gitar tersebut kepada Ali, Ali menerimanya dengan senyuman lebar dan mulai memainkannya.

"Itu mobil siapa?"

Ali ikut melihat ke arah pandangan Rama pada sebuah mobil mewah berwarna putih yang sudah lama terparkir di bengkel tersebut. Entah kapan pemiliknya akan menjemput pulang mobil mewah tersebut.

"Itu mobil mau di pajang sampai kapan di sini? Lama-lama gue jual juga tuh."

"Udah hampir berlumut di sini, di kira bengkel gue tempat penitipan barang apa?"

"Enggak tahu juga punya siapa."

"Tadi udah di telponin, katanya besok mau di jemput."

"Katanya mulu? Besok kalau masih di sini tu mobil beneran gue jual."

"Mehong bang, main jual aja."

"Bodo amat."

Rama beranjak bangun begitu melihat sebuah mobil derek masuk ke pelataran bengkelnya. Langkah kakinya menuju ke arah mobil yang baru saja masuk ke dalam bengkelnya.

Rama mengetuk-ngetukkan jemarinya di atas kap mobil tersebut. "Kenapa nih mobil?" tanya Rama bertolak pinggang.

"Ya, enggak tahu lah bang, belum juga di cek." jawab badrun yang membawa mobil tersebut dengan mobil derek.

Rama membuka kap mobil tersebut dan langsung saja kepulan asap menerpa wajahnya. Rama mengibas-ngibas tangannya di udara mengusir kepulan asap tersebut.

"Ambil perkakas bawa sini." suruh Rama pada badrun.

Badrun mengangguk berlalu pergi untuk mengambil perkakas yang di minta oleh Rama. Sementara Rama kembali mengecek mesin mobil tersebut. Tak berapa lama Badrun kembali lagi dengan perkakas di tangannya. Rama mengambil alat perkakas dan mulai sibuk dengan pekerjaannya.

***

"Zahra mau berangkat sekarang, nak?" tanya ummi melihat Zahra yang baru keluar dari kamarnya .

Zahra mengangguk seraya melangkah ke arah Ummi, "Iyah mi, udah lewat jam sembilan juga." jawab Zahra lalu menyalimi punggung tangan kanan Ummi.

"Oh iya, kirain Ummi kamu masuk siang."

"Zahra pamit kerja yah mi, assalamu'alaikum."

"Hati-hati di jalan, wa'alaikumussalam."

Zahra mengangguk, sebelum pergi ia mencium pipinya Umminya. Ummi tersenyum lalu mencium kening putrinya sayang. Kemudian Zahra berpamitan lagi untuk yang kedua kalinya.

ZARAMA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang