Bismillah
Koreksi typo
Selamat membaca :)
***
"Kamu setiap hari bikin kue, nak?" tanya Ayah yang duduk di depan meja makan. Menikmati potongan brownies buatan Zahra dengan secangkir teh hangat.
Zahra tersenyum menatap Ayah, anggukan kecil ia berikan. "Enggak setiap hari juga, Yah. Kalau lagi ada pesenan kue ikut bantu Ummi." jawab Zahra lanjut menyiapkan makanan ringan sebagai kudapan untuk Rama yang sedang melakukan renovasi kecil di kamar.
Ayah mangguk-mangguk. "Minta abang Rama buka toko, banyak duit dia." kata Ayah terkekeh.
"Abang Rama belum selesai renovasi kamar, sayang?" tanya Bunda yang baru saja memasuki dapur.
Zahra menoleh singkat, kepalanya mengangguk pelan. "Iya, Bunda. Lanjut lagi sehabis ashar tadi." balas Zahra sambil mengangkat nampan.
Bunda mengangguk, lalu bergerak menuju kabinet, mengambil sebuah mangkok.
"Ayah jangan kebanyakan makannya, inget gula."
"Baru dua potong, Bun."
"Zahra bikinnya tanpa gula kok Bunda. Aman di makan sama Ayah."
"Tuh denger Bun, Ayah nambah lagi ya. Enak, Ayah suka."
"Biar tanpa gula tetap harus di kontrol makannya."
"Ayah, Bunda. Zahra ke kamar ya."
Ayah dan Bunda mengangguk bersamaan. "Iya sayang." ucap Bunda.
Zahra melenggang keluar dari dapur, menuju ke kamar. Sampai di depan kamar, ia langsung melangkah masuk tanpa repot membuka pintu karena memang pintu kamar itu dibiarkan terbuka.
Zahra melihat ke arah Rama yang masih sibuk mengecat dinding. "Istirahat dulu, Mas." kata Zahra, meletakkan nampan di atas meja.
Rama berbalik saat mendengar suara Zahra, bibirnya menyunggingkan senyuman melihat kedatangan Zahra membawa makanan dan minuman.
"Tinggal dikit lagi, nih." Rama berucap sambil menatap dinding kamar yang hampir selesai di cat.
Zahra ikut melihat ke arah tatap Rama, memang benar tinggal sebagian dinding lagi yang belum sempurna terlapisi cat.
"Ngadem dulu Mas baru nanti lanjut lagi ngerjainnya."
"Iya dek."
Rama meletakkan sarung tangan yang baru dilepas ke atas meja, lalu mengusap pelipisnya dengan bahu.
"Keringetan banget Mas, sini duduk."
Zahra menarik kursi yang tak jauh darinya, membiarkan Rama duduk di kursi tersebut. Dengan ujung lengan kausnya yang panjang, Zahra mengelap pelipis suaminya yang basah oleh keringat.
"Jangan cium-cium ih!" geram Zahra menatap suaminya tajam. Lalu mengusap pipinya bekas kecupan Rama.
"Biarin." ucap Rama abai, meraih gelas minum di atas nampan lalu meneguk airnya.
Zahra geleng-geleng kepala, "Mas kotor sama cat, banyak kuman!" tukas Zahra mencubit manja lengan Rama.
"Enggak sakit."
KAMU SEDANG MEMBACA
ZARAMA [SELESAI]
RomanceNew version Spin-off : Marry Me! Shafara (MMS) *** Keyakinan dan kepercayaan yang di miliki oleh setiap orang adalah dua hal yang mendasar dalam kehidupan. Dengan keyakinan kita menjadi percaya jika takdir bukanlah sebuah permainan. Zahra Alenasya...