Ekstra Part 1

1.3K 66 6
                                    

Bismillah

Koreksi typo

Selamat membaca :)

***





"Iz, pegang erat-erat yah."

"Daahh."

"Brum, brum, bruumm...."

Kendaraan bermotor roda tiga itu melaju pelan mengitari ruangan yang terdapat beberapa mobil yang parkir dengan Rafka sebagai pengemudi dan Raize duduk anteng memeluk kembarannya di belakang. Sesekali Rafka membunyikan klakson ketika ada orang-orang yang lewat didepannya. Saat ini bengkel tidak terlalu ramai, membuat keduanya tidak merasa terganggu oleh kegiatan pekerja dibengkel itu. Meski sesekali mereka harus menutup telinga mendengar suara kasar deruman mobil.

Tiiinn ... Tiiiinn

"Om awas! Aka mau lewat." pekik Rafka kepada salah satu pekerja yang menghalangi jalannya.

Pekerja itu menoleh ke belakang dan langsung minggir membiarkan si kembar lewat dengan kendaraan mereka.

"Iz, Aka kebut yah! Iz pegang erat-erat!"

Tanpa bicara Raize semakin memeluk Rafka dan tidak lama dari itu Rafka langsung menarik gas dan motor mini roda tiga itu melaju dengan kencang.

"Kyaaa... Akaaaa...."

"Ahahaha... Brum, brum, brum..."

"Rafka jangan motoran! Jangan kebut-kebutan, nak! Nanti nabrak!"

"Aka, awas depan ada mobil! Rem Aka! Reemm!"

Bang!

Rama meninggalkan pekerjaannya begitu saja melihat Rafka dan Raize menabrak sebuah mobil yang parkir tidak berselang lama dari peringatannya.

"Ya Allah ..." ucap Rama berwajah pias melihat pintu mobil yang penyok akibat insiden itu.

Rama menoleh kepada Raize dan Rafka yang masih terduduk tertimpa sepeda motor mini itu. Dengan cepat Rama mengangkat motor itu dan memeriksa kondisi si kembar.

"Kalian nggak apa-apa? Ada yang luka? Bilang Papa mana yang sakit?" tanya Rama memutar-mutar tubuh si kembar bergantian.

Raize dan Rafka kompak memberikan gelengan kepala. Mereka masih diam dengan wajah cemas menatap Rama.

Rama bernapas lega, ditatapnya si kembar."Baru aja Papa bilangin jangan kebut-kebutan nggak dengar." ujar Rama.

Rafka terlihat lebih cemas daripada Raize, tangannya saling meremas. Matanya pun terlihat berembun.

"Papa, Aka salah." aku Rafka menatap Rama takut-takut.

Kepala Rama menunduk sebentar lalu terangkat lagi menatap Rafka yang hampir menangis.

"Jangan nangis, belum juga dimarahin, dek." kata Rama mengusap kepala Rafka.

Rama menengok ke arah mobil di dekatnya—tepatnya pada pintu mobil yang penyok di tabrak Rafka. Mobil itu baru saja selesai diservis dan lusa pemiliknya akan datang mengambil mobil itu.

ZARAMA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang