12. Usaha Bunda

1.2K 115 6
                                    

Bismillah

Koreksi typo

Selamat membaca :)

***

Sudah beberapa hari Rama menginap di rumah sakit—rasanya seperti berminggu-minggu lamanya. Saat ini tidak ada siapa pun di ruangannya Rama jadi cepat bosan karena tidak ada orang yang bisa di ajak untuk mengobrol mengusir keheningan. Apalagi Rama sama sekali belum keluar dari kamar inap membuat Rama merasakan pasokan udara berkurang.

Benar-benar situasi yang menyebalkan.

Rama bangun dari pembaringannya. mencari udara segar di luar sepertinya lebih baik daripada terus berada di ruangan ini. Dengan tangan kirinya yang memegangi botol infus Rama berjalan keluar dari ruangannya.

Langkah kakinya menelusuri koridor rumah sakit dan berhenti di sebuah taman

Ia menghirup udara sebanyak-banyaknya begitu di luar, rasanya seperti kembali bebas.

"Nah ini nih yang namanya bebas."

Setelah puas memasok oksigen segar ke paru-paru. Selanjutnya Rama melakukan perenggangan guna melemaskan otot-ototnya yang kaku.

Setelah beberapa lama berada di taman dan merasa cukup. Rama pun kembali ke kamar inapnya. Sekembalinya Rama ke kamar inap, ia  mendapati di dalam ruangan sudah terisi oleh beberapa orang.

"Woy lah, yang di jenguk malah kelayapan."

Rama berhasil menghindari bantal terbang melayang ke arahnya. Rama menatap satu persatu manusia yang berada di dalam ruang inap— entah kapan datangnya. Tapi di lihat dari apa yang tengah mereka lakukan sepertinya keberadaan mereka sudah lumayan lama.

"Habis cari angin gue, pengap lama-lama di sini."

Rama merunduk mengambil bantal di bawah kakinya lalu melangkah menuju brankar yang di tiduri oleh Gilang.

"Bangun, seenaknya tidur di tempat orang sakit." tukas Rama memukul lengan Gilang.

Bukannya bangun Gilang malah bergeser sedikit agar Rama dapat duduk di ruang yang kosong.

Gilang menepuk sisi ruang kosong. "Gue capek, tiduran bentar. Ini tuh luas cukup lah buat dua orang." kata Gilang dengan cengiran lebar.

Rama mendengus tapi tetap duduk di ruang kosong samping Gilang. "Kalian kapan datangnya? Kenapa gak ngabarin dulu?" tanya Rama kepada ke tiga orang itu.

"Lumayan lama lah, kirain salah ruangan tadi, soalnya lo-nya gak ada. Terus ketemu sama bunda lo, kami di suruh masuk aja." jawab Ammar mewakili.

Rama mengangguk sekali, kembali dia menepuk lengan Gilang agar bangun.

"Apa sih? Sakit tahu!"

"Minggir gue mau baring."

Gilang yang terganggu pun akhirnya bangun dan beranjak menuju sofa. Setelahnya Rama berbaring dengan nyaman di brankar.

"Lo pada ke sini bawa diri aja nih?"

"Yakali, buat formalitas kami bawa buah."

Rama menatap sinis ke arah Rizal. Memang ada keranjang buah di atas meja tapi buahnya hanya ada dua jenis saja, yakni pisang dan buah apel. Apelnya cuma sebiji doang permisaaaa.

ZARAMA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang