31. Kdrt

1.9K 98 6
                                    

Bismillah

Koreksi typo

Selamat membaca :)

***

Pertama kali membuka mata, Zahra tidak menemukan keberadaan Rama yang semalam tidur di sampingnya. Zahra meringis ketika merasakan pegal di sekujur tubuhnya ketika bangkit dari tidurnya. Bunyi decitan dari pintu kamar yang di buka, membuat perhatiannya teralihkan ke asal suara.

Di ambang pintu, terdapat Rama yang sepertinya baru pulang dari masjid terlihat dari penampilannya yang mengenakan sarung, baju koko lengkap dengan peci di kepala.

"Sudah bangun?" tanya Rama melangkah masuk ke dalam kamar, setelah menutup pintu rapat, berjalan menuju ranjang dan mengambil duduk di tepinya. Di simpannya sajadah yang semula tersampir di pundak ke dalam laci nakas, berikut dengan peci di kepalanya.

Zahra menatap Rama sebentar dan menganggukkan kepala. "Mas baru pulang dari masjid? Kenapa gak bangunin aku?" katanya balik bertanya.

Rama mengusap lembut puncak kepala Zahra lalu turun ke pipinya. Kemudian mendaratkan sebuah ciuman di kening Zahra, tersenyum menatap istrinya.

"Habis kamu pulas banget tidurnya, abang jadi gak tega ngebangunin kamu, dek." jelasnya. "Gimana masih kerasa sakit gak dek?" tanyanya lagi dengan gurat cemas.

"Nyenyak sih tapi bangun-bangun badan aku pegel semua." keluh Zahra menepuk-nepuk pundaknya sendiri.

"Mau abang pijetin?" tawar Rama yang dengan cepat mendapat gelengan kepala dari Zahra sebagai tanda penolakan.

"Kenapa?"

"E-nggak usah."

Rama menyipitkan mata saat menangkap rona merah jambu bersemu di pipi Zahra. Telunjuknya menyangkat wajah zahra yang tertunduk dalam dan menangkupnya.

"Kenapa enggak mau? Kan bagus bisa ngurangin pegelnya. Atau ... Masa sih?" sudut bibirnya menerbitkan senyuman. "Adek malu yaaa???" tanyanya menggoda, mengusap pipi Zahra dengan ibu jari.

"Eng-enggak, s-siapa juga?"

"Terus kenapa pipinya merah, hm?"

"Itu karena Mas cubit pipi aku!" tukasnya. Ia balas menarik kulit punggung tangan Rama yang berada di pipinya.

Rama mendesis sembari menurunkan tangannya. Lalu kekehan kecil terdengar darinya.

"Beneran loh, tadi itu wajah kamu merah. Hayoooo ... Mikirin apa???"

"Dibilangin enggak ada ya enggak ada Mas!"

Zahra menyanggul surai panjangnya, setelah itu merangkak turun dari ranjang. Meladeni Rama yang senang menggodanya, hanya akan membuatnya semakin terlambat untuk menunaikan shalat subuh.

"Awas mas, aku mau turun."

"Nanti dulu."

"Apa sih Mas? Aku belum shalat subuh keburu fajar ini."

Rama mengurung istrinya dengan melingkarkan kedua lengan di balik tubuh istrinya. Zahra menunduk menatap malas suaminya yang mendongak menatapnya.

"Udah deh Mas, aku mau ma—,"

Zahra mengerjap beberapa kali sesaat setelah sebuah kecupan mendarat di bibirnya.

"Tuuh kaaan! Pipi kamu merah!!!"

Zahra menutupi pipinya yang bersemu. Tatapan tajam ia layangan kepada Rama yang senang karena berhasil menggodanya pagi ini.

Zahra mengambil sebuah bantal dan melayangkannya ke arah Rama, tetapi suaminya itu berhasil menghindar.

ZARAMA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang