38. Hamil

1.6K 80 7
                                    

Bismillah

Btw, 3800 Word! Bengek gak tuh🤧 kudunya di bagi jadi dua chapter tapi ya gitu dech 😪

Koreksi typo

Selamat membaca :)

***


Zahra meremas tangannya, menunggu dengan harap cemas. Setelah sepuluh menit berlalu, dengan degup jantung yang berdebar-debar, ia mengambil sebuah benda kecil yang membuatnya menahan napas seperkian detik.

Zahra membekap bibir, tangannya bergetar memegang benda itu. Di usapnya sudut mata yang berair dan merunduk melihat perutnya. Tangan kanannya hinggap di perut ratanya, senyumnya berkembang saat mengelus perutnya. Belakangan ini Zahra kerap merasa aneh dirinya sendiri. Dia yang biasanya tidak mudah terbawa perasaan, mendadak menjadi lebih sensitif terhadap hal-hal kecil.

Di pandangi lima testpack di atas washtafel yang menunjukkan hasil yang sama dengan testpack yang masih berada di tangannya. Dua garis merah di testpack itu sudah cukup menjelaskan semua pertanyaan akan keanehan dirinya selama ini.

Ternyata ia hamil.

"Kamu beneran ada nak?" bisik Zahra tak percaya dengan suara lirih seraya mengusap air matanya yang mengalir deras.

Meski perasaan tidak percaya melekat pada dirinya. Namun tidak menapik jika relung hati Zahra dipenuhi oleh kehangatan setiap kali mengusap perutnya. Setelah beberapa saat berlalu dan sadar jika dirinya sudah terlalu lama di dalam kamar mandi. Zahra menghela napas panjang dan membuka pintu kamar mandi. Dengan debaran yang belum sirna, ia melangkah keluar dari balik kamar mandi.

"Astaghfirullah, Lisya!" Zahra terlonjak kaget mendapati sang adik berdiri tepat di depan pintu kamar mandi.

Alisya tertawa melihat kekagetan Zahra. Usai puas tertawa Alisya justru membungkuk memegangi perutnya.

"Aduh sakit banget." keluh Alisya. "Awas kak, Lisya udah gak tahan lagiii." imbuh Alisya nyelonong masuk ke dalam kamar mandi.

Zahra geleng-geleng kepala melihat pintu tertutup itu. Ia pun meneruskan langkahnya kembali ke kamar. Masuk ke dalam kamar, Zahra segera mendatangi Rama yang masih terlelap damai di ranjang.

Zahra mengambil duduk di sisi ranjang di dekat Rama. Memandangi wajah Rama yang damai dalam tidurnya membuat degup jantung Zahra berdetak tidak karuan lagi.

Tangan Zahra hinggap di wajah Rama, membelainya lembut. "Abang sayang." panggil Zahra berbisik di telinga Rama.

Rama tampak menggeliat sebentar tetapi tidak terusik sama sekali.

Zahra mengguncang pelan tubuh Rama. "Ay, ayang, banguun." ucap Zahra semakin kuat mengguncang tubuh suaminya.

Rama yang terusik tidurnya akhirnya membuka mata. Dilihatnya Zahra dengan mata menyipit dan langsung memejamkan mata lagi setelahnya.

"Ay, sayang."

Zahra menangkup wajah Rama, lalu mendaratkan kecupan-kecupan ringan di wajah suaminya. Membuat Rama membuka matanya lagi.

"Hmm, sayang? Abang baru tidur jam tiga, masih ngantuk banget, yang." Rama memeluk Zahra. "Jam berapa sih emangnya, yang?" tanya Rama kemudian.

"Bangun juga si Ayah." kekeh Zahra mengecup bibir suaminya. "Sebentar lagi subuh, jangan tidur lagi." lanjut Zahra.

"Masih sebentar lagi, kan? Bobok lagi, yang, bobok."

Rama membawa Zahra merebahkan tubuh di sampingnya. Menjadikan istrinya sebagai guling hidup. Tampaknya Rama belum sadar dengan panggilan baru yang diselipkan Zahra saat bicara.

ZARAMA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang