21. Gelang

1K 95 6
                                    

Bismillah

Koreksi typo

Selamat membaca :)

***

Ummi menyunggingkan senyuman melihat Zahra menyibukkan diri dengan membantunya membuat kue. Perasaan Zahra tampak lebih membaik pagi ini, meski Ummi melihat Zahra bangun dengan mata membengkak sebab menangis dipelukannya semalam penuh.

Zahra sudah menceritakan semua yang di alaminya kepadanya. Mendengar cerita Zahra, membuat Ummi berulang kali mengucap istigfar dan kata maaf. Ummi tak menduga jika lelaki yang terlihat baik ternyata dapat berlaku demikian. Akan tetapi, Ummi bersyukur melihat Zahra pulang tanpa kurang satu pun.

Sebenarnya Ummi berkeinginan untuk melaporkan Angga ke pihak kepolisian. Mendengar itu, Zahra memberikan penolakan keras. Zahra tidak ingin memperpanjang masalah ini dan bertemu dengan Angga lagi. Meski berat hati, Ummi pun menuruti permintaan Zahra. Sebagainya gantinya untuk beberapa hari ke depan Ummi melarang Zahra keluar rumah ataupun pergi bekerja.

Ummi khawatir jika Zahra akan bertemu lagi dengan Angga di luar dan terjadi hal yang tak diinginkan lagi. Setidaknya tak ada kemungkinan untuk Zahra bertemu Angga jika tetap Zahra berada di rumah. Kalau pun Angga datang ke rumah, pria itu tidak akan bisa menjumpai putrinya.

"Zahra biar Ummi yang lanjutin. Kamu hias kue yang sudah jadi saja ya."

"Enggak apa Ummi, Zahra selesaikan adonan yang ini. Nanggu sebentar lagi jadi nanti Zahra lanjut hias kuenya."

Ummi mengangguk, membiarkan Zahra lanjut mengulen adonan kue. Tak berapa lama Zahra selesai, ia memberikan adonan kue yang telah jadi kepada Ummi. Kemudian Zahra membilas tangannya dan mengambil bungkusan krim bermacam warna yang telah Ummi siapkan untuk menghias kue.

Ummi melihat Zahra yang tengah menghias kue. Gerakan tangan Zahra selalu menghasilkan hiasan yang cantik. Tatapan Ummi tak sengaja tertuju pada pergelangan tangan Zahra sebelah kanan—terdapat bekas luka yang belum mengering—tetapi bukan itu yang menarik perhatian Ummi.

"Zahra udah enggak pakai gelang lagi?" tanya Ummi kepada Zahra.

Zahra mengangkat kepala, netranya tertuju pada Ummi. "Zahra selalu pakai kok, Mi." Jawab Zahra lalu menunjukkan tangannya ke arah Ummi. "Ini—loh kok enggak ada?" Zahra baru menyadari jika gelang yang selalu terpasang di pergelangan tangannya sudah tidak ada.

"Semalam masih ada?" tanya Ummi lagi. Zahra mengangguk cepat, "Ada, enggak pernah Zahra lepas, Mi." jawab Zahra yang mulai panik. Gelang itu adalah pemberian dari Abinya.

"Mungkin saja semalam kamu lepasin waktu Ummi obatin tangan kamu, terus kamu lupa pakai lagi."

"Mungkin, Zahra cari dulu."

"Biar Ummi bantu."

Zahra mengangguk dan menuju kamarnya. Zahra membuka lemarinya, ia selalu menyimpan sesuatu yang penting di dalam lemari. Zahra mulai mencarinya sampai ke setiap sudut isi lemari.

"Ketemu?" tanya Ummi melihat Zahra memegang sebuah kotak perhiasan.

Zahra menggeleng, "Enggak ada Mi." balas Zahra dan kembali menyimpan kotak perhiasan itu di dalam laci lemari.

"Coba cari di tempat lain mungkin jatuh atau gak ke selip di mana."

Mereka kembali mencari keberadaan gelang yang entah ada di mana sampai ke seluruh penjuru rumah. Sudah seluruh ruang kamar dan sudut rumah di geledah—mencari keberadaan gelang itu, namun tidak juga Zahra dan Ummi menemukan gelang tersebut.

ZARAMA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang