36. Mimpi Buruk

1.3K 91 3
                                    

Bismillah

Koreksi typo

Selamat membaca :)

***

Sebuah mobil mewah berwarna hitam metalik memasuki bengkel, membuat beberapa dari montir yang sedang bekerja teralihkan perhatiannya. Namun, dimenit berikutnya mereka kembali fokus pada pekerjaan masing-masing setelah melihat seorang pria tak asing keluar dari dalam mobil tersebut bersama dengan seorang anak kecil dalam gendongannya.

Langkah kaki pria itu begitu tenang masuk ke dalam bengkel dan sesekali menyapa ramah para montir yang sedang bekerja.

"Om Lamaaaa!!!" teriakan nyaring itu berhasil menarik perhatian Rama yang sedang berkutat dengan pekerjaannya.

Rama menoleh ke sumber suara, alisnya terangkat sebelah melihat Shaka dan Qabeel datang menghampiri.

"Abeel ganteng dateng nih, hihihi." ujar Qabeel cekikikan dalam gendongan Shaka.

Rama menatap tersenyum pada keponakannya lalu beralih kepada Shaka. "Ngapain ke sini?" tanyanya, aneh saja melihat Shaka bertandang ke bengkelnya tanpa maksud tertentu.

"Mau main." Qabeel lebih dulu menjawab ketika Shaka akan bersuara.

"Di sini bukan tempat main, Beel. Lagian om gak mau main sama Abeel. Om banyak kerjaan."

Bibir mungil Qabeel melengkung ke bawah, kepalanya mendongak menatap sang Ayah. "Papa, om Lama ndak mau main cama Abeel. Ugh, Abeel mau main." adunya bersedih.

Shaka mengusap surai putranya,"Mainnya nanti dulu ya. Papa mau ada kerjaan sama om, Abeel jadi anak baik, oke?" pintanya lalu menatap lagi ke arah Rama.

Agaknya Rama yang mengerti arah pembicaraan Shaka pun menganggukkan kepala, "Kita bahas di ruangan gue aja, di sini terlalu berisik." Rama beralih pada anak buahnya yang berada di dekatnya. "Tolong lanjutin ya, aki-nya di ganti baru." pinta Rama pada anak buahnya. setelah itu ia memberikan isyarat pada Shaka agar mengikutinya menuju ruang kerja.

Sampai di ruang kerja, Rama mengambil laptop di atas meja lalu ikut bergabung dengan Shaka dan Qabeel yang duduk di sofa. Sembari mengotak-atik laptop, sesekali Rama melihat Qabeel yang terlihat anteng di pangkuan Shaka, tak lagi bersuara dan sibuk melahap biskuit.

"Saya sudah rapat dengan investor minggu lalu, dan mereka tertarik dengan rancangan kamu. Tapi syaratnya kita harus tembus event global." Shaka memulai pembicaraan mengenai proposal yang diajukan Rama beberapa bulan lalu.

Rama mengarahkan layar laptop kepada Shaka. "Ini ada tiga model yang gue rancang untuk event yang lo bilang. Lo bisa nilai sendiri, tapi untuk tembus event global gue gak yakin kalau ini lebih bagus dari yang lain." Rama menunjukkan hasil rancangannya kepada Shaka. Rama tidak percaya diri jika desain miliknya akan bisa melewati pasar global. Menang di tingkat nasional saja sudah untung.

Shaka memindahkan Qabeel duduk di samping dari pangkuannya. Kemudian fokus melihat layar yang menampilkan gambar mobil yang di rancang oleh Rama.

"Ini bagus, desainnya menarik." tatap Shaka begitu serius menilai setiap kerangka mobil hasil rancangan Rama. "Kita belum coba jadi enggak akan tahu bagaimana hasilnya 'kan?" katanya lagi. "Kalau kita berhasil mungkin akan ada banyak investor lagi yang ikut join di proyek ini. Who knows?" Shaka tersenyum tipis menatap Rama yang tampak bimbang.

Rama yang awalnya ragu pun menganggukkan kepala. Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Untuk sekarang yang bisa ia lakukan hanyalah mencoba dan terus berusaha. Tentang hasil akhir, biarlah ia berproses lebih dulu.

ZARAMA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang