Bismillah
Koreksi typo
Selamat membaca :)
***
Pukul sepuluh pagi, Rama terbangun lagi. Setiap dua jam sekali Rama akan tertidur, lalu bangun lagi satu jam setelahnya. Rama mengamati kamar yang sepi tanpa kehadiran Zahra, sebelumnya setiap bangun, ia akan menemukan Zahra.
"Ugh," ringisan pelan keluar dari bibirnya ketika hendak bangkit dari tidurnya. Rama mengambil handuk kecil yang terjatuh dari kening dan lehernya.
Tubuh Rama merinding di terpa semilir angin sejuk yang masuk melalui jendela yang terbuka. Pria itu dengan cepat menarik selimut tebal menutupi tubuhnya.
"Abang sudah bangun? Pas banget ini waktunya abang makan dan minum obat." Zahra berkata sembari melangkah masuk ke dalam kamar. Di tangannya terdapat nampan berisi mangkok bubur dan segelas air hangat.
Zahra menyimpan nampan di atas nakas, lalu duduk di tepi ranjang. Tangan Zahra terulur menyentuh kening Rama.
"Duduk begini enggak apa-apa? Masih pening kepalanya?" tanya Zahra menarik tangannya dari kening Rama.
Rama mengangguk sekali, kepalanya masih terasa nyut-nyutan. "Masih agak pening sih, tapi udah lumayan. Kamu dari mana aja sih? Abang bangun enggak ada kamu." Rama menjawab dan itu terdengar seperti rajukan.
Zahra tersenyum kecil menatap suaminya. Setelah Rama sadar semalam, dan menceritakan tentang mimpi buruknya. Zahra sama sekali tidak dapat meninggalkan Rama sendirian, meski suaminya ini sedang terlelap. Sebab Rama kerap meracau dan gelisah dalam tidurnya.
"Aku masakin bubur buat abang, tadinya 'kan abang masih tidur."
Zahra mengambil mangkok bubur, mengaduknya lalu menyendokkan bubur itu ke depan mulut Rama.
"Bismillah, ayo aaa ..."
Rama urung membuka mulut, netranya menatap bubur dari mangkok dan juga sendok di depan mulutnya.
"Abang enggak terlalu doyan bubur." begitu kata Rama.
"Nanti siang aku masakin sup ayam deh, sekarang makan bubur dulu. Perut abang perlu di isi dan minum obat."
Zahra semakin mendekatkan sendoknya ke depan mulut Rama, agak memaksa supaya Rama membuka mulut.
Rama memundurkan kepala, "Abang enggak suka bubur di aduk." katanya berupaya menolak, dan hal itu membuat Zahra berdecak sebal.
"Halah, sama aja kok rasanya, aaaa ... Nah pinter suami aku."
Zahra tertawa kecil melihat ekspresi aneh Rama setelah sesendok bubur masuk ke mulut.
"Uh, lembek banget abang gak suka."
"Ya, namanya juga bubur, kalau teksturnya keras itu baru nasi."
"Jangan di aduk lagi dong, dek."
"Hehehe, lupa. Ayo buka mulut lagi nah ini baru suami."
"Abang bukan anak kecil!"
"Ududuh, ngambeknya ... Iya-iya abang bukan anak kecil lagi. Tapi manjanya ngalahin bayi."
Rama cemberut, kepalanya menggeleng saat Zahra mengangsurkan sendok lagi.
"Abang udah kenyang dek."
"Baru dua sendok loh, masih sisa banyak. Abang harus habisin buburnya biar punya tenaga."
Rama menatap sendok itu tanpa minat, berlalu berapa detik baru Rama menyambut sendok itu masuk ke mulutnya. Suapan demi suapan bubur di terima Rama sampai mangkoknya bersih tanpa sisa. Zahra menyimpan mangkok ke atas nampan yang ada di nakas lalu mengambil gelas minum dan mengangsurkannya kepada Rama.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZARAMA [SELESAI]
RomanceNew version Spin-off : Marry Me! Shafara (MMS) *** Keyakinan dan kepercayaan yang di miliki oleh setiap orang adalah dua hal yang mendasar dalam kehidupan. Dengan keyakinan kita menjadi percaya jika takdir bukanlah sebuah permainan. Zahra Alenasya...