13. Datangnya Sebuah Lamaran

1.3K 103 4
                                    

Bismillah

Koreksi typo

Selamat membaca :)

***

"Kak, yang ini cocok gak di Lisya?"

"Cocok kok, ambil aja kalau Lisya mau yang itu."

"Lisya suka sih kak, tapi mahal banget!"

Alisya menunjukkan label pakaian yang ditangannya kepada Zahra. Melihat itu, membuat Zahra ingin mengelus dada. Hanya sepotong pakaian tapi memiliki harga yang sekiranya bisa ia gunakan untuk kebutuhan selama satu bulan.

"Lisya cari yang lebih murah aja deh kak."

"Ambil aja kalau kamu suka."

Alisya menggelengkan kepalanya, dia memang menyukainya tetapi bukan berarti ia juga ingin memiliki.

"Sekali-kali enggak apa-apa kok, kakak juga udah janji mau beliin apa pun yang Lisya mau."

"Iya sih kak, tapi nggak deh Lisya mau cari yang lain aja."

Zahra menyunggingkan senyuman tipis dan menganggukkan kepala. Sepergian Alisya untuk mencari pakaian yang lain Zahra sendiri pun lanjut melihat-lihat pakaian yang menarik mata.

"Maaf ya Lisya untuk sekarang kakak belum bisa beliin apa yang Lisya mau sesukanya." ujar Zahra di sela langkah kakinya keluar dari butik setelah selesai berbelanja pakaian.

Zahra merasa tidak enak hati kepada sang adik, sebab sebelumnya ia sudah menjanjikan akan membelikan apapun yang sang adik inginkan.

Alisya mendongak melihat kakaknya, "Ih kakak bilang apa sih? Ini aja kakak udah ngeluarin banyak uang buat aku. Kalau Ummi tahu pasti ngomel terus di katain boros." kekeh Alisya di akhir kalimat.

Zahra mengangguk dan ikut tertawa kecil. "Jangan kasih tahu Ummi." kata Zahra menimpali.

Alisya tentu saja langsung menganggukkan kepala cepat dan mengeratkan tangannya di lengan sang kakak.

"Sekarang ke toko buku, kan?"

"Iya kak, ayo kak buruan!"

"Aduh Lisya sabaran dong, jangan narik-narik."

Alisya mengabaikan protes dari Zahra dan semakin semangat membawa sang kakak menuju toko buku yang berada di dalam Mall.

"Om Lama, Abeel mau buku ituuuu ..."

"Yang ini aja mau? Yang itu ketebalan."

"Abeel mau ituuuu ..."

"Bocil ngapain sih baca buku, bocil itu bacanya komik yang ada gambar-gambarnya."

Si kecil Qabeel mengerucutkan bibirnya, wajahnya pun dipalingkan enggan melihat sang paman.

"Halah ngambekan. Om tinggalin nih, pulang sendiri."

Plak!

"Adaw!"

Rama mengelus pipinya yang habis di pukul oleh Qabeel, "Kecil-kecil tapi tenaganya babon." sinis Rama menatap sengit sang keponakan

"Huuhuuuu .... Om Lama celeeeeem!"

Qabeel menangis karena takut melihat tatapan tajam yang di layangkan oleh Rama.

"Eh eh eh ... Malah nangis, om becanda Beel, ah elah ni bocah."

Tangis Qabeel kian histeris membuat Rama segera mendekap erat Qabeel agar suara tangisnya tersamarkan. Merasa malu di perhatikan oleh banyak orang, Rama pun melangkah cepat keluar dari toko buku.

ZARAMA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang