16. Hutang

1K 90 5
                                    

Assalamu'alaikum 🤗

Akhirnya setelah sekian purnama i'm comeback 💃

Maapkeun guys 🙏

Bismillah

Koreksi typo

Selamat membaca :)

***

"Apa lihat-lihat?!" tanya Rama galak karena mendapati Zahra masih berada di sana dan melihat ke arahnya.

Zahra menggeleng cepat, "Siapa juga yang lihat situ?!" balas Zahra tak kalah galak, dan buru-buru Zahra  melajukan sepeda motornya melenggang pergi.

Rama masih bergeming—memperhatikan kepergian Zahra yang melaju mengendarai sepeda motornya. Entah apa yang ada di benaknya, hingga suara dering berasal dari ponselnya terdengar membuat Rama beranjak dari tempatnya.

"Iya, ini gue udah sampai." kata Rama tanpa basa-basi kepada orang seberang, setelahnya ia kembali menyimpan ponselnya di saku.

Suara denting lonceng berbunyi saat pintu masuk di tarik, Rama memasuki Cafe di mana menjadi tempat pertemuannya dengan para sahabat. Rama membawa diri menuju sebuah meja yang berada di tengah sesaat setelah melihat keberadaan sahabatnya.

"Lama bener lo?" sembur Rizal setelah Rama duduk di salah satu kursi kosong.

Rama menatap malas ke arah Rizal, "Masih mending gue mau datang." balas Rama tak kalah sewot.

Rizal berdecak sebal, meski begitu ia tak lagi melanjutkan sebab melihat Rama yang tampaknya suasana hatinya sedang tidak baik.

"Nih minum dulu, panas-panas enaknya minum dingin-dingin, biar adem."

Rizal mengangsurkan segelas es kopi hitam ke depan Rama. Rama meraih gelas es kopi itu, sebelum menyesapnya—Rama menatap sinis Rizal. Dia tahu jika Rizal baru saja menyindirnya.

"Lo kenapa sih kusut banget mukanya? Gak seneng apa ngumpul bareng kita?" kali ini Gilang yang bersuara, sedang Rizal dan Ammar mengangguk saja.

Rama mengaduk-ngaduk minumannya, lalu tatapannya naik menatap wajah ketiganya. "Biasa aja, kalian mau ngomongin apa? Gue gak bisa lama-lama. " tanya Rama kemudian.

"Macam sibuk banget kayak orang kantoran di akhir tahun."

"Sok sibuk aja sih."

"Kamvret!"

Gilang melempar kulit kacang ke arah Rama yang tertawa. Sementara itu, Ammar mengangsurkan sebuah kartu kepada Rama. Rama mengambilnya dan membacanya dengan seksama. Kemudian tak berapa lama tatapan Rama tertuju lagi pada Ammar.

"Nikah nih?" tanya Rama yang jelas sudah mendapatkan jawabannya tanpa perlu bertanya.

Ammar mengangguk sekali. "Bulan depan gue nikah dan lo harus datang ke nikahan gue." ujar Ammar terdengar seperti perintah. "Sekalian jadi groomsmen gue." pinta Ammar.

Rama mangguk-mangguk, "Oke, bisa di atur itu mah." ucap Rama tak keberatan.

"Di antara kita-kita nih, tinggal lo doang sendiri. Bunda lo kayaknya khawatir banget sampai tanya-tanya gue."

"Bunda gue lo dengerin."

"Ini nih yang bikin Bunda lo kebelet punya mantu."

Rama memutar bola mata jengah, ia pun memilih abai di saat Gilang mulai menasehatinya layaknya sang Bunda. Netranya berkeliaran ke sekelilingnya hingga menyipit tajam melihat ke arah pintu masuk Cafe yang baru saja di masuki oleh beberapa orang.

ZARAMA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang