14. Rumah Zahra

1.1K 94 3
                                    

Bismillah

Koreksi typo

Selamat membaca :)

***

Di halaman belakang, tampak Ayah dan Fatih yang sedang sibuk membersihkan dedaun yang gugur dan mengumpulkan ranting-ranting pohon yang baru di pangkas. Sementara itu, di ambang pintu belakang terlihat Bunda berdiri sambil bertolak pinggang—sedang mengawasi suami dan anaknya yang tengah kerja bakti.

"Yah, itu buah mangganya di petikin aja semua."

"Belum ada yang mateng."

"Enggak apa, nanti di bikin asinan mangga. Dahannya udah keliatan gak kuat lagi, tiba-tiba jatuh gimana? Mending potong aja sekalian."

"Iya iya iya. "

Bunda mengacungkan ibu jari ke arah Ayah, dan terlihat Ayah sekarang memanjat ke atas pohon mangga yang tingginya tidak seberapa. Kemudian Bunda beralih kepada putra sulungnya yang sedang membakar dedaunan kering.

"Abang sekalian nanti rapihin bunga-bunga di taman ya, rumput liarnya di cabutin."

Fatih mengangkat wajah dan mengangguk sekali lalu lanjut menyapu dedaunan kering yang masih berserakan.

Jreng jreng jreeeeeng!!!

Perhatian Bunda teralihkan ketika mendengar suara dari yang berasal dari dalam rumah. Bukan hanya Bunda seorang, Ayah dan Fatih pun ikut teralihkan dari pekerjaan mereka saat mendengar suara musik yang mulai mengisi telinga.

"Siapa yang ngidupin speaker siang - siang?" tanya Ayah yang masih berada di atas pohon.

Bunda menepuk keningnya keras, ia tahu siapa pelakunya. "Ya Allah, Bunda hampir lupa sama si abang Rama." ujar Bunda.

Selanjutnya, suara musik terdengar memekakkan telinga siapa pun. Bunda spontan menutup telinga ketika mendengar suara riuh nan berisik itu.

"ABANG RAMAAAAA!!!!"

Teriakan Bunda terdengar nyaring, akan tetapi sang empu nama yang di panggil sudah pasti tidak dapat mendengarnya. Bunda segera masuk ke dalam rumah dengan langkah tergesa. Sampai di ruang tengah, Bunda berkacak pinggang melihat putra tengahnya tampak asyik berjoget heboh mengikuti alunan lagu yang sedang berputar. Dengan sebuah sapu di tangan yang digunakan sebagai mic, Rama semakin larut dalam euforia yang ia ciptakan sendiri.

Bunda melangkah cepat ke arah speaker, dan mencabut kabelnya membuat iriangan musik terhenti. Bunda sekarang menyilangkan kedua tangan di depan dada, melihat Rama masih belum menyadari jika musiknya sudah berhenti.

"Wooohoooo woooooo."

"Asik banget yah jogetnya? Bunda ikutan dong bang."

"Asik lah bun, gabung bun ... Bun? BUNDAAA?!"

Rama seketika menghentikan gerakan kala melihat Bunda. Tatapan Rama berubah horor ketika Bunda tersenyum dan menggerakkan kemoceng yang baru berpindah tempat ke tangannya.

"Ehehehe... Ada Bunda? Ngapain Bun? Ikutan abang bersih-bersih ya?"

Bunda mangguk-mangguk dan melangkah mendekati Rama.
"Abang Rama, tadi bunda suruh apa?" tanya Bunda dengan senyuman.

ZARAMA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang