Bismillah
Koreksi typo
Selamat membaca :)
***
Aroma harum dari kue yang tengah di panggang di dalam oven memenuhi dapur. Oven pun berdenting tidak lama kemudian, pertanda jika kue sudah matang. Zahra melepas sarung plastik yang membungkus tangannya, berjalan menuju oven. Setelah memakai sarung tangan anti panas, Zahra mengeluarkan kue dari oven.
"Ini Zahra kuenya di masukin." Bunda memberikan loyang berisi adonan yang masih basah kepada Zahra.
Zahra menerimanya—memasukkan loyang itu ke dalam oven.
"Si abang Rama ke mana sih? Udah dari tadi di tungguin belum balik-balik." Bunda mengoceh kesal.
Sambil mengulen adonan roti Zahra berkata, "Mungkin sebentar lagi Bunda."
Bunda menatapi Zahra, "Cuma Bunda suruh beli telur sama tepung aja tapi lama banget." katanya geleng-geleng kepala.
Zahra tersenyum, tidak lagi menanggapi. Siang ini, Zahra bersama Bunda tampak di sibuk membuat beberapa kue. Akan tetapi, pekerjaan mereka sedikit terhambat karena telur dan tepung habis. Padahal masih banyak kue yang belum di buat.
"Bunda, kita bikin kue sebanyak ini buat apa?" tanya Zahra penasaran. Kue-kue yang mereka buat ini terlalu banyak jika hanya untuk stok camilan.
Bunda tersenyum, senyum cerah pertanda jika suasana hatinya sedang bahagia. "Kue-kue ini buat nanti malam." jawab Bunda tidak menjelaskan lebih lanjut. "Oh iya Zahra, nanti bantuin Bunda bungkusin kue-kuenya yah." pinta Bunda.
Zahra mengangguk sekali, "Iya Bunda." balasnya.
"Bundaaaa sayaaang... Abang balik bawa telur sama tepung niih."
Pandangan Bunda langsung mengarah kepada Rama yang baru saja kembali.
"Lama banget sih bang? Cuma beli telur sama tepung doang juga." protes Bunda.
Rama menyengir, dia menyimpan kantung-kantung plastik ke atas meja. Bunda segera mendekat, mencari telur dan tepung dari dalam kantung-kantung itu.
"Beli apa aja kamu, bang? Banyak banget, perasaan tadi Bunda cuma suruh beli dua itu aja."
Rama bersedekap dada, geleng-geleng kepala. "Tadi siapa yang telepon suruh beli ini itu." katanya, "Jelas lama lah, Bun. Titipan Bunda itu beda-beda toko." sambung Rama.
Bunda tertawa, benar-benar lupa jika menitipkan hal lain untuk dibeli pada Rama.
"Beli es kelapa juga kamu bang?" Bunda mengambil dua bungkus es kelapa dari dalam kantung.
Rama mengangguk, mengambil salah satu dari Bunda. "Kebetulan lihat pas lewat jadi sekalian deh." katanya memindahkan es kelapa itu ke dalam gelas.
"Ngapain beli, di pohon belakang banyak buahnya."
"Mending beli daripada susah-susah manjat."
"Adek, nih minum dulu nggak haus dari tadi bikin kue?"
Zahra mengangkat tangannya di depan wajah Rama, memperlihatkan tangannya yang belepotan adonan roti.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZARAMA [SELESAI]
RomanceNew version Spin-off : Marry Me! Shafara (MMS) *** Keyakinan dan kepercayaan yang di miliki oleh setiap orang adalah dua hal yang mendasar dalam kehidupan. Dengan keyakinan kita menjadi percaya jika takdir bukanlah sebuah permainan. Zahra Alenasya...