Epilog

1.5K 79 10
                                    

Bismillah

Koreksi typo

Selamat membaca :)

***

Hawa dingin masih menyelimuti bumi di pagi itu dengan sisa-sisa basah dari rinai hujan yang turun deras semalam. Banyak dedaunan berserakan dimana-mana akibat terbawa angin kencang semalam.

"Iz, liat cini."

Bocah kecil yang sedang mengumpulkan dedaunan itu menoleh ketika di panggil. Dia menaruh lebih dahulu daun-daun yang dipungutnya ke tempat sampah. Baru kemudian menghampiri seorang bocah sepantarannya.

"Ih, Aka jolok! Bilang Mama ya!" si kecil Raize langsung menjaga jarak dengan kembarannya Rafka yang kotor oleh lumpur.

Rafka tersenyum saja, ia mengangkat tangannya dan menunjukkan sesuatu yang menjadi mainan barunya.

"Aka nemu ini, gelak-gelaknya lucu, hihihi." ucap Rafka, tertawa geli saat cacing di tangannya bergerak-gerak.

Air muka Raize berubah, dia terlihat tidak menyukainya. "Aka buang, nanti kena malah Mama! Mama dah bilang jangan main kotol." ujar Raize memperingatkan kembarannya.

Rafka berwajah polos menatap kembarannya, semakin tersenyum dan mendekati Raize. "Nih Aka kacih catu buat Iz." Rafka memberikan cacing itu kepada Raize.

Wajah Raize mengkerut seketika cacing yang ada ditangannya itu bergerak-gerak. Raize langsung membuangnya dan mengusap-usap tangannya di bajunya untuk menghilangkan bekas lumpur. Raize sangat anti dengan kotor. Berbeda dengan Rafka yang suka kotor-kotoran. 

"Ih, kenapa di buang?! Capek Aka calinya!!" kesal Rafka karena mainan barunya dibuang begitu saja oleh kembarannya.

"Aka jangan main kotol! Ayo bantu Bunny beles-beles!"

Rafka menggeleng keras, dia justru sudah berjongkok dan bermain lumpur lagi. Tidak lama kemudian, Rafka kembali menemukan mainan barunya yang hilang. Dia dengan sengaja memainkan cacing itu di depan wajah Raize.

"Ih, Aka jolok! Awas ya Iz bilangin Mama!"

"Hehehe... Iz, popong mau kenalan nih."

"Aka jangan, Iz gak mau pegang. Cana ih!!!"

Raize berjalan mundur dan berlari kemudian menghindari Rafka yang gemar menyodorkan cacing menggelikan itu padanya. Sedangkan Rafka dengan senang hati mengejar kembarannya itu.

"Kyaaa... Iz, liat popong nali-nali!"

"Hwaaa ... Aka cana! Jangan dekat-dekat!"

"Iz, Iz, Iz."

"Bunny!!! Tolong Iz! Aka nakal! Huwaaaaa..."

Raize terus berlari dengan Rafka yang setia mengerjarnya dibelakang. Raize juga memanggil Alisya yang sedang menyapu di halaman agar menolongnya dari kejaran Rafka. Alisnya yang melihat itu tertawa saja, dia semakin tertawa ketika melihat Rafka yang terjatuh ke kubangan air tapi tidak lama kemudian ia kembali bangkit untuk mengejar Raize.

Brugh!

"Hwaaa... Hiks, Aka buang Iz ndak cuka, hiks." tangis Raize tidak terbendung ketika ia terjatuh akibat tersandung kakinya sendiri.

Rafka tidak menghiraukan kembarannya, ia semakin senang memainkan cacing itu dan meletakkannya di kepala Raize.

"Popong cuka cama, Iz. Tuh-tuh."

"HUWAAAAA... BUNNY!!!

"Ih, Iz cengeng!"

"MAMA!!! PAPA!!! AKA NAKAAALL!!!"

ZARAMA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang