23. Apa? Nikah?!

1.2K 94 6
                                    

Bismillah

Koreksi typo

Selamat membaca :)

***

Zahra menatap sendu wajah Ummi yang tidur di atas brankar rumah sakit. Zahra meraih tangan Ummi yang terdapat jarum infus, mengecup sekali punggung tangan Ummi. Dunianya hampir saja runtuh jika Ummi tak cepat sampai ke rumah sakit. Dokter mengatakan jika Ummi jatuh pingsan karena mengalami serangan jantung ringan. Kemudian netranya tertuju pada tangan kiri Ummi yang terdapat perban. Setidaknya Zahra sedikit dapat bernapas lega karena air panas itu hanya mengenai sedikit bagian tubuh Ummi.

Zahra mengalihkan perhatiannya ke arah lain mencari keberadaan seseorang yang menghilang entah ke mana. "Ummi, Zahra pergi sebentar ya." bisik Zahra pelan meski ia tahu jika sang Ummi tak akan memberikan balasan.

Zahra beranjak pergi dari ruang UGD, Langkah kakinya membawanya menuju ke meja resepsionis. Karena terlalu mengkhawatirkan Ummi, Zahra sampai lupa jika harus menyelesaikan biaya administrasi.

Zahra menghentikan langkah ketika tak sengaja melihat Rama yang berada tak jauh darinya, pria itu tampak sedang berbicara dengan seorang perempuan. Zahra membuang wajah saat netranya menangkap pria itu berpelukan dengan perempuan itu dengan ekspresi wajah yang terlihat bahagia.

Zahra buru-buru berbalik badan dan berjalan cepat ketika ia tak sengaja bersitatap dengan Rama. Sedangkan Rama ia menyerngit bingung melihat perempuan itu pergi setelah melihatnya.

Perempuan yang sedang bersama Rama saat ini membalikkan sedikit badannya dan mengikuti arah pandang Rama.

"Abang lihatin apa?" tanya Shafa.

Rama mengalihkan fokus kembali pada adiknya dan memberikan gelengan kecil. "Enggak, bukan apa-apa." jawabnya kemudian.

Shafa mengangguk saja, "Kalau gitu aku duluan yah. " kata Shafa sekali lagi.

Rama mengangguk sekali, "Yaudah pergi sana." ucap Rama seraya mengacak puncak kepala Shafa yang tertutupi oleh hijab.

Sebelum benar-benar pergi Shafa mengangkat jari kelingkingnya ke depan wajah Rama. Rama yang mengerti pun ikut menautkan jemarinya.

"Awas kalau abang bocor?!" ancam Shafa.

Rama tertawa kecil, "Enggak bakal deh. Janji." balas Rama.

Shafa tersenyum dan mengacungkan ibu jarinya. Setelah itu ia pun benar-benar berlalu pergi meninggalkan Rama seorang diri. Ketika Shafa sudah menghilang dari pandangannya, Rama membawa langkahnya ke arah Zahra yang terlihat berada di depan meja resepsionis.

"Astaghfirullah!"

Zahra mengelus dada akibat terkejut oleh keberadaan Rama yang tiba-tiba saja sudah berada di hadapannya begitu ia berbalik. Berbeda dengan Zahra yang kaget, Rama justru menunjukkan wajah datarnya.

"Kenapa langsung pergi gitu aja?"

"M-maksudnya?"

"Gue tahu lo tadi ada lihat gue."

"Eng-gak tuh, mas salah lihat kali. Em, mas kenapa masih di sini? Saya kira mas sudah pulang."

Rama menunjukkan dua kantung hitam di tangannya, "Gue tadi pergi beli ini." ucapnya menjawab pertanyaan Zahra.

Zahra mengangguk dan berhenti berjalan, membuat Rama juga ikut terhenti langkahnya. Zahra menaikkan tatapan kepada Rama. "Soal biaya rumah sakit, kenapa mas lunasin biayanya tanpa sepengetahuan saya?" tanya Zahra.

ZARAMA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang