35. Ampun Bunda

1.2K 90 3
                                    

Bismillah

Koreksi typo

Selamat membaca :)

***


"Kalian baru pulang?"

Rama dan Zahra membalikkan badan. Menemukan Bunda berdiri di lantai dasar dekat saklar.

"Iya Bunda. Bunda ke bangun?" tanya Rama setelah menjawab pertanyaan Bunda.

Bunda mengusap wajah, melihat ke arah jam yang tergantung di dinding—jarum jam menunjukkan pukul satu dini hari. Setelah itu tatapnya kembali kepada Rama dan Zahra yang berada di undakan tangga.

"Bunda ke bangun denger suara mobil. Kirain kalian gak pulang ke sini. Gimana caranya kalian masuk? Pintu udah Bunda kunci."

"Ya bisalah bun, pintunya nggak ke kunci. Bunda lupa kali kunci pintu."

Bunda mengerutkan kening, seingatnya ia benar-benar telah mengunci pintu sebelum ke kamar. 

"Oh mungkin abang Fatih lupa kunci lagi pintunya." katanya teringat jika sebelumnya Fatih pergi keluar dan pasti putranya itu lupa untuk mengunci kembali pintu. "Udah larut malam, kalian jangan telat tidur. Bunda balik ke kamar yah." tambah Bunda kemudian mematikan lampu yang menyala.

Rama mengelus dada, "Untung aja." ucapnya menatap sang istri.

"Panikan." cibir Zahra seraya lanjut menapaki tangga, menuju kamar.

Zahra segera merebahkan diri di atas ranjang begitu masuk ke kamar. Tubuhnya memiring melihat Rama meletakkan paper bag ke atas ranjang.

"Mandi dulu gih."

"Males ah, Abang aja duluan."

"Jangan rebahan nanti malah ketiduran."

"Bentar doang, aku capek banget."

"Adeeek."

"Sebentar aja bang, enggak merem kok."

Rama menarik tangan Zahra membuat istrinya terduduk. Zahra ingin merebahkan lagi tubuhnya, tetapi Rama menahannya agar tetap terduduk.

"Enggak boleh ganti posisi sampai abang selesai mandi."

Zahra memangguk malas. Setelah Rama menghilang di balik pintu yang terdapat di kamar. Melihat paper bag yang ada di dekatnya, setelah melihat isi-isinya, Zahra menyimpan semua paper bag ke lemari dengan menyisakan satu paper bag di atas ranjang.

"Abang udah selesai pakai kamar mandinya. Giliran adek."

Zahra memalingkan wajah ke belakang untuk melihat Rama yang baru keluar dari kamar mandi. Kepalanya mengangguk, setelah tundas membersihkan wajah, Zahra beranjak ke kamar mandi. Sebelum itu ia mengambil paper bag di atas ranjang dan membawanya.

Setelah bermenit-menit lamanya, Zahra keluar dari kamar mandi dengan memakai kardigan panjang yang menutupi tubuhnya. Seraya mengusap surainya yang basah, Zahra berjalan menuju meja rias.

"Sabunnya tumpah dek? Wanginya semerbak."

Zahra melirik ke arah Rama yang berada di ranjang. "Enggak kok, hidung abang aja tuh." Zahra beranjak setelah mengeringkan surai.

Zahra mematikan lampu yang membuat ruangan menjadi gelap, menyisakan cahaya temaram yang berasal dari lampu tidur. Rama yang masih memainkan ponsel menoleh sebentar melihat Zahra.

"Bilangnya enggak tapi wanginya pakai banget."

"Terus abang maunya aku bau gitu?"

"Ya enggak sih."

ZARAMA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang