24. Lamaran Dan Tantangan

1.2K 98 9
                                    

Bismillah

Koreksi typo

Selamat membaca :)

***

"Satu."

"Dua."

"Tigaaaa."

Whuussshh ...

Para tamu yang berbaris di depan panggung pelaminan bersorak antusias sesaat setelah buket bunga itu melayang di udara. Desahan kecewa terdengar dari mereka yang gagal mendapat buket bunga itu. Meski begitu mereka bertepuk tangan riuh kepada seseorang yang mendapatkan buket tersebut.

"Selamat Ram, lo selanjutnya!" teriak Ammar dari atas panggung.

Yang di teriaki tampak linglung menatap sang sahabat dan orang-orang yang tadi bertepuk tangan penuh semangat. Rama meletakkan piring makannya di atas meja yang berada di dekatnya, lalu merunduk untuk mengambil buket bunga yang jatuh di bawah kakinya.

"Gue yang dapat?" tanyanya.

Semua orang kompak mengangguk.

Rama menggaruk kepalanya yang mendadak gatal. Dia sengaja tidak ikut dalam barisan itu dan posisinya cukup jauh dari panggung. Tetapi sekarang dari semua orang dialah yang mendapatkan buket bunga dari pengantin.

Rama menoleh ke samping saat di rasa ada seseorang yang menepuk pundaknya. "Apa coba gue bilang, udah pasti lo di takdirin buat nikah setelah ini." ujar Rizal dengan senyum sumringah.

Rama menepis tangan Rizal yang berada di pundaknya. "Sembarangan." ucap Rama tak suka. Dia tidak percaya hal-hal seperti yang di katakan oleh Rizal.

"Gak percayaan banget lo. Lihat aja nanti apa yang gue omongin bener apa gak." tambah Rizal, dia mengikuti Rama yang berjalan menuju panggung.

"Lo gak mau ngasih bunganya buat siapa gitu? Konon katanya kalau lo ngasih bunga itu ke seseorang nantinya bakal berjodoh."

Rama yang hendak naik ke atas panggung mengurungkan niatnya dan berbalik menghadap Rizal sepenuhnya.

"Lo masih percaya yang begituan?" tanya Rama menatap Rizal tak percaya.

Rama menyengir lebar, "Mana tahu ye kaaan, hehehe ... Banyak tuh cewek yang nungguin, lo tinggal pilih satu."

Rama mendengus kasar dan berbalik lagi untuk naik ke atas panggung dan langsung di sambut oleh sebuah pelukan oleh sahabatnya Ammar.

"Ciieee dapet bungaaa ... Gue doain lo cepetan nyusul. " ucap Ammar menepuk tiga kali punggung Ammar.

"Gue bilangin dia gak percaya."

"Sengaja 'kan kalian?"

"Apaan sih Ram, ayo foto dulu buat bukti nanti. Woy, Gilang naik sini foto bareng."

Setelah acara sesi foto itu, Rama berpamitan untuk pergi setelah mendapatkan panggilan dari sang Bunda. Dan di sinilah Rama sekarang di dalam ruang inap yang pernah ia datangi.

"Biar gue aja." ucap Rama pelan dan mengambil alih tas dan barang bawaan lainnya dari Zahra.

Zahra menolak untuk memberikan barang yang ada di tangannya. "Saya bisa sendiri." ucapnya.

Zahra sempat kebingungan oleh kedatangan Rama. Namun penjelasan dari Rama yang mengatakan jika Bunda yang menyuruhnya datang membuat Zahra tak lagi mengeluarkan pertanyaan.

"Alisya kelihatan kerepotan ngurus Ummi, mending lo bantuin dia."

Zahra melihat ke arah Alisya dan benar apa yang katakan oleh Rama. Adiknya memang tampak kerepotan. Zahra menyerahkan tas dan barang lainnya kepada Rama dan beralih kepada sang Ummi.

ZARAMA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang