43. Cemburu

1.2K 71 2
                                    

Bismillah

Koreksi typo

Selamat membaca :)

***

"Lima puluh, eh empat sembilan."

"Yang bener dek ngitungnya."

"Udah bener, naik lagi, lima puluh dua,"

"Lima puluh tiga."

"Lima puluh empat setengah,"

"Lima puluh li... Ma."

Brugh!

Rama merebahkan diri begitu saja dihitungan ke lima puluh lima. Tubuhnya sudah tidak kuat lagi untuk melanjutkan push up, terlebih dengan beban Zahra yang duduk di atasnya.

"Katanya mau sampai seratus, baru lima puluhan udah nyerah." cibir Zahra yang masih betah duduk di atas tubuh Rama.

Rama bergerak untuk terlentang, membuat Zahra harus menyingkir dari tubuhnya.

"Kalau gak ada adek pasti bisa sampai seratus." elak Rama.

Zahra memajukan bibirnya, dan berdecih. "Secara nggak langsung abang ngatain aku gendut." kata Zahra memasang wajah kesal. Kemudian beranjak pergi meninggalkan Rama seorang diri.

Rama menghela napas melihat Zahra pergi. Segera Rama bangkit bangun dan mengejar Zahra yang tengah merajuk. Bukan kali ini saja maksud dari perkataan Rama, di salah artikan oleh Zahra yang kian hari perasaannya semakin sensitif.

"Dek, abang kok di tinggal sih? Tungguin abang dek!"

Zahra menoleh ke belakang melihat Rama yang berjalan cepat menyusulinya. Zahra mengubah gerak langkahnya yang semula berjalan santai menjadi menjadi lebih cepat saat Rama hampir menggapainya.

"Nah, ketangkep! Yak! Enggak bisa kabur lagi."

"Abang berat tahu!"

"Tahu bulat di goreng dadakan."

"Aku nggak lagi becanda, lepas ih, berat banget, ay!"

Rama menurunkan tangannya dari pundak Zahra, berganti merangkul pinggang Zahra.

"Adek ngatain abang gendut?" tanya Rama menatap Zahra dengan mata di sipitkan.

Zahra menggeleng, "Siapa yang ngatain? Aku cuma bilang jangan nyender di aku aja kok." jawab Zahra.

Rama mengangguk-anggukkan kepala. "Nah itu dia dek, maksudnya abang tadi juga begitu sayangku." kata Rama mencium gemas pipi tembam Zahra.

Matahari bersinar semakin terik di pukul sembilan pagi. Rama dan Zahra menyudahi olahraga paginya beberapa saat sebelum matahari meninggi. Sekarang ini Zahra terlihat duduk di kursi depan rumah, sedang menikmati es krim durian sebagai penyejuk di kala udara yang terasa mulai panas. Sementara tangannya yang bebas memegangi kipas angin portabel yang diarahkan ke wajahnya.

"Heh! Masih pagi udah makan es krim."

Zahra menyengir melihat Rama yang berdiri di ambang pintu, tengah menggosok surainya yang basah dengan handuk. Rama bertolak pinggang dan mendatangi Zahra yang justru menghabiskan es krim-nya dengan cepat. Berhenti di depan Zahra, Rama melihat ada tiga bungkus es krim yang sudah di makan oleh Zahra.

"Panas ay, lagian ini udah siang."

Rama geleng-geleng kepala, lalu tangannya terulur menyentuh hidung istrinya dan menariknya.

ZARAMA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang