Bismillah
Koreksi typo
Selamat membaca :)
***
Zahra tidak hentinya menatap ponsel berlayar gelap yang terletak di atas bantal. Sesekali Zahra akan menutup bibirnya ketika menguap, matanya yang terpejam acap kali terbuka tiba-tiba saat mendengar suara denting dan cepat-cepat ia raih ponselnya.
Sayangnya Zahra hanya bisa menatap kecewa pada layar ponselnya yang menampilkan balon notif iklan. Sudah lima hari berlalu Zahra dan Rama melakukan hubungan jarak jauh, biasanya setiap malam sebelum Zahra tidur ia akan melakukan videocall dengan Rama. Namun, entah apa yang sedang dilakukan Rama sudah berulang kali hingga larut malam ini Zahra belum mendapat notif apa pun dari suaminya. Pada akhirnya Zahra menyimpan ponsel di pangkuannya ke atas bantal, mungkin Rama akan menghubunginya.
Zahra mengetuk dua kali layar ponselnya hingga menyala. Masih belum ada tanda-tanda jika Rama akan menghubunginya. Di sela kantuk yang di tahan-tahan, Zahra mencoba menghubungi suaminya lagi.
"Ck, nggak di jawab juga." ucap Zahra kesal. Zahra cemberut menatap layar ponsel yang menggelap. Bahkan kali ini ponsel Rama tidak aktif.
Zahra memeriksa obrolan chatnya dengan Rama. Pesan terakhir yang dikirim pukul sepuluh pagi tadi tetapi sudah centang dua, belum terbaca.
"Awas aja kalau abang pulang nanti, hoaaam. Ngantuk banget." gumam Zahra menguap lagi untuk ke sekian kalinya.
Matanya sudah tidak dapat bertahan lagi. Zahra menyimpan ponsel ke atas nakas. Mematikan lampu tidur, menarik selimut Zahra membaringkan tubuhnya nyaman. Sebelum menutup mata, Zahra melirik ponselnya, seperkian detik berikutnya Zahra mata bersama bunga tidur menemaninya.
Zahra menggeliat pelan, sebelum matanya perlahan terbuka. Zahra mengerjap berulang kali, tangan kirinya memijat pelipis. Malam ini tidurnya terasa tidak nyaman, entah berapa kali Zahra terbangun dari tidurnya.
Zahra melirik pada jam walker di atas nakas samping ranjang, jarum jam menunujuk pukul delapan pagi. Setelah shalat subuh, Zahra kembali tidur di atas sajadah.
Zahra mengerjap lagi, ia baru menyadari jika dirinya berada di ranjang bukan di atas sajadah. Zahra tidak mungkin lupa, bagaimana dirinya tertidur di atas sajadah sesudah membaca Al-Qur’an. Dan, lagi Zahra tidak punya kebiasaan berjalan sambil tidur.
Dalam diamnya Zahra dapat merasakan adanya pergerakan dari sisi ranjang, lalu sesuatu menyentuh bagian perutnya. Zahra menoleh ke samping, dengan netra melebar dan mulut terbuka melihat sosok yang tertidur pulas tanpa mengenakan atasan.
"AYAAANGG?!!"
Zahra memekik kencang. Sangat terkejut mendapati sosok Rama yang tengah tertidur di sisi ranjang bergerak memeluk perutnya. Hampir saja dia menendang Rama jika tidak melihatnya dengan jelas.
"Berisik, Dek. Bobok lagi, yang, bobok."
Rama menarik Zahra dalam pelukannya, membenamkan wajah istrinya ke dalam dadanya. Namun, berbeda dengan Rama yang ingin kembali membawa Zahra tidur, Zahra justru menarik diri dari Rama.
"Abang kok bisa di sini? Kapan pulangnya? Kok aku nggak tahu? Bukannya abang masih di Jerman, ya?! Abang kenapa nggak ada kabar?!"
Rama membuka mata sempurna mendengar rentetan pertanyaan dari istrinya. Rama mengubah posisi menjadi duduk, kemudian meringis memegangi kepalanya yang pening.
"Tanyanya satu-satu dong, yang."
"Kelamaan. Abang belum jawab pertanyaan aku!"
Rama menatap wajah Zahra. Rama tersenyum, mendekati Zahra dan memeluknya. Kemudian merebahkan tubuhnya lagi bersama Zahra yang dijadikan guling hidup.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZARAMA [SELESAI]
Lãng mạnNew version Spin-off : Marry Me! Shafara (MMS) *** Keyakinan dan kepercayaan yang di miliki oleh setiap orang adalah dua hal yang mendasar dalam kehidupan. Dengan keyakinan kita menjadi percaya jika takdir bukanlah sebuah permainan. Zahra Alenasya...