04. Berteduh

1.6K 128 5
                                    

Bismillah

Koreksi typo

Selamat membaca :)

***

Zahra melihat awan kelabu menggantung di langit, tetapi masih menyisakan sinar matahari karena awan kelabu itu hanya sebatas melewati sang surya, tidak sepenuhnya menutupi sinar matahari. Jika di lihat, sepertinya hujan tidak akan turun—tepatnya belum sebab hembusan angin sejuk mulai menerpa beberapa saat kemudian.

"Ra, kamu mau pulang sekarang?" tanya Dini keluar dari dalam butik menghampiri Zahra.

Zahra yang sedang memakai sarung tangan menoleh pada Dini lantas menganggukkan kepalanya. "Iya, takutnya sebentar lagi hujan." jawab Zahra bersiap memakai helm.

Dini mendongak ke atas, awan kelabu yang menggantung kini warnanya menjadi semakin pekat. "Iya sih, tapi udah mulai gerimis Ra, mending jangan pulang dulu." kata Dini bertepatan dengan rintik-rintik yang mulai turun.

"Masih gerimis, aku bawa mantel kok. Biasanya kan kalau hujan sore begini suka awet sampai malam." ujar Zahra, ia membuka jok motor dan mengambil mantel hujan yang tersimpan di sana.

Dini menganggukkan kepala, "Oke deh, nanti kalau hujannya jadi deras jangan nekat trobos, neduh dulu aja yah." kata Dini memperingati Zahra, pasalnya teman yang juga adalah sahabatnya ini suka sekali menerobos hujan dan berakhir terserang sakit di ke esokkan hari.

Zahra tertawa kecil lalu mengangguk-anggukkan kepala beberapa kali. Zahra sudah mengenakan mantel hujan, lantas menaiki sepeda motor setelah kembali memakai pelindung kepala.

"Siap bu." ucap Zahra terkekeh.

Dini melipat tangan di bawah dada, "Enak aja panggil aku bu, emang aku ibu-ibu apa?" kesal Dini.

Zahra tertawa, kepalanya geleng-geleng. "Calon ibu-ibu. Kamu kapan di jemput?" tanya Zahra mengalihkan.

Dini melirik jam tangan di pergelangannya, "Sebentar lagi, si A'a kebiasaan suka lama." jawab Dini.

Zahra mengangguk, dia menghidupkan mesin sepeda motornya. "Aku duluan yah," pamit Zahra lagi. "Kak Ayu, Zahra duluan yah. Assalamualaikum. " lanjut Zahra lagi melihat rekan kerjanya keluar dari dalam butik.

Ayu melihat ke arah Zahra dan menganggukkan kepala, "Oh iya dek. Wa'alaikumussalam. "balas Ayu tersenyum.

Dini melambaikan tangannya ke arah Zahra yang sudah melaju dengan sepeda motor."Wa'alaikumussalam." ucap Dini kemudian.

Zahra melajukan sepeda motornya membelah jalanan, ia memelankan laju kendaraannya ketika tiba-tiba angin berhembus dengan kencang dan tak berapa lama hujan pun mulai turun dengan begitu deras. Untung saja sebelum jalan pulang Zahra sudah memakai mantel lebih dahulu jadi tidak begitu terganggu oleh air yang turun membasahi pakaiannya.

Zahra memberhentikan laju sepeda motornya tepat ketika rambu lampu lalu lintas berubah merah. Zahra meremas tangannya, ia kedinginan. Zahra melihat kiri dan kanannya, ada banyak pengendara sepeda motor sepertinya yang ke hujanan. Bahkan dia pun sudah kebasahan sebab mantel yang ia gunakan rupanya tidak cukup ampuh melindungi ya dari curah hujan yang deras.

"Dingin banget." lirih Zahra menggenggam tangannya erat.
Zahra menengadakan sebelah tangannya, rinai hujan yang turun terlalu deras.

Begitu rambu jalan berwarna hijau, Zahra kembali melajukan perjalanannya tapi sepertinya Zahra harus mencari tempat untuk berteduh menunggu hujan sedikit mereda baru melanjutkan lagi perjalanan pulang ke rumah.

ZARAMA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang