33. Mangga Muda

1.4K 92 12
                                    

Bismillah

Koreksi typo

Selamat membaca :)

***





"Kalian diem-diem banget makannya sih?" Suara Bunda mengisi keheningan yang tercipta selama beberapa waktu.

Perhatian Fatih, Rama, dan Zahra terpusat pada Bunda. Ketiganya saling tatap, Zahra segera berpaling saat tatapnya tak sengaja bertubrukan dengan sang Abang ipar. Sedang Fatih dan Rama kompak memberi gelengan kepala.

"Lagi makan gak boleh ngomong, Ayah sering bilang begitu." Fatih memberikan jawaban setelah meminum segelas air.

Bunda mengangguk membenarkan. Suaminya memang kerap menegur jika terlalu berisik di meja makan. Tapi suasana pagi ini terasa berbeda.

"Iya sih, tapi Bunda cuma ngerasa aneh aja. Iya nggak Ayah?" Bunda menyingkut lengan suaminya, membuat Ayah yang sedang makan dengan khidmat menjadi terganggu.

Ayah menatap istrinya, lalu kepalanya naik-turun. "Iya-iya." ucap Ayah lanjut makan lagi.

Bunda memperhatikan anak-anaknya dengan seksama. Seulas senyum tercipta melihat Rama dan Zahra. Sedang pengantin baru yang tidak menyadari sedang di perhatikan itu, asyik berdebat mempermasalahkan sepotong ayam goreng tepung krispi menghilang dari piring makan Zahra.

"Abang ambil ayam aku ya?!" tuding Zahra dengan suara berbisik, ayam bagian sayap di piring makannya tiba-tiba menghilang ketika ia sedang menyendok sayur sup. Sejak diminta agar memanggil Rama dengan sebutan tersebut, perlahan Zahra mulai membiasakan diri.

Rama menatap istrinya lalu menjauhkan piring makannya, "Adek 'kan gak makan lagi, jadi buat abang aja daripada mubadzir." begitu kata Rama sambil memasukkan sayap ayam itu ke dalam mulut.

Zahra mengerucutkan bibir, "Aku masih makan, sengaja makan di akhir itu 'kan bagian paling enak." ujar Zahra, tangannya sebelah kiri mengarah ke pinggang Rama, memberi cubitan manja.

Rama meringis menahan sakit. Melihat istrinya cemberut, ia menyuir daging ayam itu lalu mengarahkan tangannya ke depan mulut Zahra. Zahra tersenyum kecil, lalu membuka mulutnya menerima suapan dari Rama.

"Duh duh duuuhhh ... Seneng Bunda lihat kalian udah nggak malu-malu lagi." ujar Bunda dengan senyum lebar menatap Rama dan Zahra. Lalu tatap Bunda beralih kepada putra sulungnya. "Tinggal abang Fatih nih, abang kapan sih mau bawa mantu ke rumah, hm?" lanjut Bunda bertanya kepada Fatih.

Suasana di meja makan mendadak hening ketika pernyataan itu terlontar. Tatap semua orang mengarah pada Fatih yang diam tanpa ada niatan untuk memberi jawaban.

"Abang udah selesai makan." ucap Fatih berdiri membawa piring bekas makan ke dapur.

"Eh abang kok ngehindar terus siiihh?! Abang udah janji looohhh ..."

Fatih kembali ke ruang makan, mendekati Bunda lalu mengecup pipi sang Bunda. "Abang berangkat kerja ya." kata Fatih, lalu gantian menyalimi punggung tangan Bunda dan Ayah bergantian.

"Suka banget sih nggak jawab Bunda tanya, udah janji loh abang bakal nikah setelah Rama sama Zahra."

Fatih menyunggingkan senyum segaris, "Iya nanti, abang pergi ya Bunda, Ayah, assalamu'alaikum." ucap Fatih lantas segera menghilang dari pandangan semua orang.

ZARAMA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang