29. Makan Siang

1.6K 104 7
                                    

Bismillah

Minal aidzin walfaidzin
Mohon maaf lahir dan batin.
(Anggap aja masih berlaku yes😂 maapkeun🙏)

Masih ada yang inget sama cerita ini gak sih? 😌

Koreksi typo

Selamat membaca :)

***

"Raaaa ... Udah siap beluuum???"

"Sudah! Tunggu sebentar!"

Zahra buru-buru memasang bros kecil di sisi samping kiri hijabnya. Merapikan sedikit bagian hijab yang berantakan, ia meraih slingbag kemudian bergegas keluar dari kamar.

"Ummi, Alisya mana?" ucap Zahra bertanya pada Ummi yang melewatinya.

Ummi berbalik menghadap putrinya. "Udah berangkat sendiri dari tadi, nungguin kamu takut telat dia." jawab Ummi seraya melihat keluar pintu yang terbuka.

"Berangkat naik apa?"

"Motor."

"Dek, masih lama gak?"

"Tuh suamimu udah nungguin dari tadi, buruan sana."

Zahra mengangguk, ia meraih tangan kanan Ummi dan mengecupnya singkat.

"Zahraaa???"

"Iya Mas! Ummi, Zahra pamit kerja ya, assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam, hati-hati di jalan."

Ummi geleng-geleng kepala melihat Zahra. Beginilah rutinitas yang mereka jalani selama beberapa hari belakangan ini. Meski tidak ada yang berubah, namun suasana rumah menjadi lebih berisik dari biasanya semenjak kehadiran Rama bersama mereka.

Zahra berjalan keluar dari rumah dan menemukan Rama yang menunggunya di samping pintu mobil yang dibiarkan terbuka.

"Lama banget sih, dek?"

"Mas yang gak sabaran, orang aku nggak lama kok."

Rama geleng-geleng kepala, dia sudah menunggu Zahra bersiap selama dua puluh menit. Alisya yang tadinya akan ikut ke sekolah bersama mereka, akhirnya memilih pergi mengendarai sepeda motor karena terlalu lama menunggu kakaknya selesai.

"Alisya sampai pergi sendiri gegara kelamaan nungguin kamu."

Zahra memasang wajah cemberut,"Iya deh maaf." ucapnya, lalu masuk ke dalam mobil.

Rama mengangguk. Ia menutup pintu mobil lalu berjalan memutar, masuk ke dalam mobil bagian kemudi. Rama menengok ke arah Zahra, kemudian tubuhnya condong ke samping.

"Mas ngapain sih?" Zahra sampai memepetkan tubuhnya ke belakang sandaran kursi.

Rama menatap istrinya dengan mata disipitkan. "Seatbelt-nya di pakai biar aman." katanya menampilkan seringai. "Bilang aja mau di pasangin." lanjutnya.

Zahra membuang wajah,"Dih, siapa juga? Aku bisa sendiri kali Mas. Ayo buruan jalan Mas!" katanya, mendorong Rama menjauh.

Rama tertawa, senang rasanya bisa menggoda Zahra dan melihat pipi itu bersemu. Rama kembali pada posisinya, melajukan mobilnya meninggalkan pelataran rumah.

"Adek nanti selesai jam berapa?"

"Jam tigaan gitu kayaknya, kalau Mas?"

"Abang jam segitu juga."

ZARAMA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang