19. Obsesi

1.1K 85 7
                                    

Bismillah

Koreksi typo

Selamat membaca :)

***


"Alisya udah belum siap-siapnya? Cepetan nanti kamu telat ke sekolah."

"Ummi, kaus kaki Lisya gak ada sebelah."

"Ada di keranjang, cari yang bener."

"Enggak ada Mi, bantu Lisya cari dong."

"Cari sendiri Lisya, Ummi lagi masak."

Zahra memperhatikan Ummi yang tampak sangat kerepotan mengurus pekerjaannya. Zahra ingin membantu meringankan pekerjaan Ummi, namun setiap kali Zahra mendekat Ummi akan langsung bergerak menjauhi Zahra. Bukan hanya itu, setiap kali Zahra mengajak Ummi bicara, sang Ummi hanya diam saja—tak memberikan respon apapun.

Zahra tidak tahu akan sampai kapan hubungannya dengan sang Ummi merenggang seperti ini. Zahra ingin segera memecahkan persoalannya dengan Ummi.

"Enggak ada juga Mi. Ummi simpannya bukan di keranjang kali, Lisya cari gak ketemu-ketemu."

"Kalau Ummi cari ketemu gimana? Awas ya kamu!"

Zahra segera bangkit dari duduknya begitu Ummi keluar dari dapur menuju kamar Alisya. Zahra melihat ikan di dalam penggorengan dan ia pun membalikkan ikan agar matang merata. Setelah itu Zahra dengan gerakan cepat mengambil pisau dan memotong-motong sayuran.

"Ummi laper."

"Kamu udah telat bawa bekal aja ya. Tunggu sebentar Ummi siapin."

Zahra berbalik, mengambil kotak makan yang telah ia siapkan untuk sang adik. Lalu Zahra melangkah mendekati Alisya yang berdiri di ambang dapur bersama Ummi.

"Bekalnya Lisya udah kakak siapin, tunggu sebentar ya kakak selesaikan masak dulu." ujar Zahra seraya memberikan kotak makan kepada Alisya.

Alisya menerimanya segera, "Makasih kak." ucap Alisya.

Zahra mengangguk singkat dan kembali ke dapur lanjut memasak. Zahra sedikit menoleh untuk melihat Ummi yang sekarang berada di sampingnya.

"Biar Ummi lanjutkan, kamu anterin Lisya sekolah dia bisa terlambat nanti."

Zahra terdiam memandangi Ummi sejenak sebelum buka suara. "Ummi masih marah sama Zahra?" tanya Zahra pelan.

Zahra melihat gerak tangan Ummi terhenti sesaat, namun tak juga mendapatkan jawaban atas pertanyaannya.

Zahra mendekati Ummi dan memeluk sang Ummi. "Maafin Zahra, Ummi. Tolong jangan diamkan Zahra, Zahra tahu Zahra salah. Maaf telah melukai perasaan Ummi." Zahra semakin memeluk Ummi, air matanya mengalir begitu saja. Zahra sangat sedih sebab selama beberapa hari ini Ummi selalu mengabaikannya.

Zahra menarik diri dari Ummi, Zahra menatap sendu punggung Ummi dengan netra basah. Zahra berharap Ummi membalas pelukannya dan mau menerima maaf darinya.

Zahra mengambil sebelah tangan Ummi, "Zahra pamit ya, Mi. Assalamualaikum." ucap Zahra mencium punggung tangan Ummi lalu melangkah cepat keluar dari dapur.

Alisya segera bangkit dari duduknya menyadari Zahra keluar dari dalam rumah. Ia segera mengikuti sang kakak menuju sepeda motor yang terparkir di halaman.

"Cepat pakai helmnya Lisya, nanti kamu telat."

Alisya mengambil helm pemberian Zahra, ia terus saja memandangi wajah kakaknya. Wajah sang kakak terlihat sembab seperti habis menangis.

ZARAMA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang