34. Kencan

1.3K 87 6
                                    

Bismillah

Koreksi typo

Selamat membaca :)

***


Zahra sudah berpenampilan rapi mengenakan gamis biru muda dengan pashmina putih menutupi kepalanya. Sebelum keluar dari kamar, Zahra memasukkan ponsel, dompet dan barang lainnya, yang sekiranya akan diperlukan ke dalam tas selempang.

Zahra menuruni undakan tangga, bibirnya melengkungkan senyum melihat Rama duduk di sofa.

"Wiihh, udah cantik aja nih mau ke mana, Yang?" tanya Rama memperhatikan penampilan istrinya dari atas sampai ke bawah.

Zahra tampak bingung, pagi menjelang siang tadi Rama menyuruhnya untuk berdandan cantik, dan berencana pergi setelah dzuhur. Tapi kenapa sekarang terlihat Rama seperti melupakan itu?

"Abang tadi suruh aku dandan. Jadi pergi enggak sih?!" kesal Zahra bersidekap dada.

Rama menunjukkan raut wajah bingung, "Mau ke mana sih dek?" tanyanya lagi.

Zahra memberengut, menghentakkan tas selempang di tangannya ke arah Rama. "Yaudah, enggak usah! Enggak jadi!" tukas Zahra berbalik kembali ke kamar.

Melihat kekesalan Zahra, Rama beranjak menyusul Zahra, "Sayang ... jadi kok, abang bercanda loh." ujar Rama berupaya menggapai tangan istrinya, namun di tepis oleh perempuan itu.

"Enggak jadi, aku males."

Zahra menutup pintu kamar dengan sedikit kasar. Rama yang akan masuk ke kamar hampir terantuk karena pintu yang tiba-tiba tertutup. Dibukanya pintu lalu masuk ke dalam. Mendatangi Zahra yang duduk di tepi ranjang dengan wajah tertekuk. Rama berlutut di hadapan Zahra, mengambil tangan istrinya ke dalam genggaman.

"Merajuk ya? Maaf ya tadi bercanda aja sayang. Yuk pergi yuk?"

"Males, aku udah gak mood."

Rama menatap istrinya, mengecup punggung tangan sang istri. Salahnya sendiri sih karena sengaja membuat Zahra kesal.

"Jangan gitu dong sayang, abang udah beli tiket nonton loh. Sayang tiketnya kalau gak jadi."

"Salah sendiri. Udah ah sana aku bete."

Zahra mendorong Rama pelan, tangannya terulur ke kepala melepas hijabnya.

"Udah cantik begini kok gak jadi pergi, jangan di lepas lagi dong hijabnya." Rama menurunkan tangan Zahra, lalu merapikan lagi hijab istrinya dan memasang kembali jarum pentul yang telah di cabut oleh Zahra. "Cantiknya istri abang ini. Gemes banget kalau lagi merajuk." Rama melabuhkan kecupan di pipi istrinya setelah memperbaiki hijabnya.

"Maafin abang dong, dek."

Zahra membuang wajah, masih mempertahankan kekesalannya.

"Cantiknya punya siapa ini? Punya abang dong." Rama mencolek dagu Zahra. "Cintanya siapa? Cintanya abang Rama." imbuhnya lagi mencium telapak dan punggung tangan Zahra.

Rama terus menebar kata-kata manis, memperlakukan Zahra dengan penuh sayang. Tak urung, Zahra berupaya menahan diri agar tidak luluh dengan mudah oleh rayuan Rama.

"Aduh senyumnya bikin abang meleleh." ucap Rama melihat senyum samar di sudut bibir Zahra. "Dek, abang gak kuat. Senyum adek manis banget!" lanjut Rama memegang dada kirinya, lalu menjatuhkan diri pada Zahra.

Zahra tidak dapat menahan tawanya lagi melihat kelakuan ngawur suaminya. Rasanya menggelikan tapi juga menyenangkan hingga membuatnya tak bisa memudarkan senyum.

ZARAMA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang