42. Ngidam

1K 77 2
                                    

Bismillah

Koreksi typo

Selamat membaca :)

***


Suasana di rumah keluarga Rama tampak ramai oleh orang-orang yang bertandang di acara pengajian tujuh bulanan Zahra. Lima belas menit yang lalu pengajian telah usai, dan sekarang waktunya siraman. Mulanya siraman tidak termasuk ke dalam list acara, hanya akan ada pengajian saja. Akan tetapi, tiba-tiba rangkaian acara menjadi panjang dan berlangsung lama, juga melelahkan.

Zahra hanya mampu tersenyum, mendapati banyak pasang mata tertuju padanya. Zahra duduk di sebuah kursi di antaranya sudah ada Ummi dan Bunda yang juga telah siap memulai acara siraman dadakan ini.
Ummi menjadi orang pertama yang mengguyur kepala Zahra dengan air kembang.

Rasa penat dan lelah seharian ini menghilang oleh guyuran air dingin yang membahasahi tubuhnya. Tubuh Zahra menggigil kedinginan begitu mendapatkan guyuran air dari atas kepalanya. Ditambah lagi hembusan angin yang menerpa—menambah rasa sejuk. Rasa lelah dan penat seharian ini menghilang oleh guyuran air dingin yang membahasahi tubuhnya.

Selanjutnya giliran Bunda, menjadi orang kedua yang mengguyur Zahra. Berikutnya dilakukan oleh Ayah, yang berakhir dengan Rama.
Rangkaian acara lainnya pun berlanjut dengan lancar hingga akhir. Menyisakan tamu-tamu yang kini tengah menyantap hidangan yang tersaji hingga satu persatu dari mereka pergi meninggalkan kediaman tersebut.

"Hahh ... Capek banget!" keluh Zahra begitu mendaratkan duduk di pinggiran ranjang.

Zahra menumpuk bantal di balik punggung, menyamankan posisinya. Tatapnya melihat ke arah Rama yang tengah berganti pakaian.

"Abang kenapa sih gak ngasih tahu aku kalau acaranya tiba-tiba jadi ada siraman, kan waktu itu kita sepakat ngadain pengajian aja." akhirnya Zahra mengutarakan keluhan yang sejak tadi terpendam selama acara.

Rama menoleh ke arah Zahra sejenak. Berjalan menuju meja rias, mencari minyak oles diantara botol parfum dan skincare.

"Adek pasti nggak bakalan setuju kalau di kasih tahu. Makanya Ummi larang abang kasih ke tahu adek." ujar Rama. Setelah menemukan apa yang di carinya, Rama menyusul Zahra. 

"Udah tahu aku gak mau, masih juga dibikin acaranya." balas Zahra menatap Rama yang berdiri di sampingnya dengan wajah bersungut.

Rama duduk di depan Zahra, memindahkan kaki istrinya ke atas pangkuannya.

"Kasih tahu abang kenapa adek gak mau banget dibikinin acaranya?" tanya Rama seraya menuangkan minyak angin di telapak tangannya.

"Ribet bikin capek." Zahra menjawab cepat.

Rama tertawa mendengarnya. Kepalanya mengangguk-angguk. Rama mengusap-usap tangannya yang berminyak lalu melabuhkan tangannya pada kaki Zahra yang mulai membengkak. Bergerak lembut memijat kaki Zahra hingga ke bagian telapak.

"Bener sih, tapi abang bisa apa dek. Ummi yang kepengin banget ngadain acaranya. " kata Rama mengangkat bahunya.

Zahra menarik napas dalam dan menghembuskannya perlahan. Matanya terpejam, menikmati gerakan lembut tangan Rama di kakinya. Tidak ada gunanya mendebat hal yang telah berlalu.

ZARAMA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang