ONE ✧ FIGHT

175K 1.9K 51
                                    

"HAH?! LO BERCANDA YA?!"

"Gue serius, Jessi. I like "that", dan gue gak mau having sex pake cara yang lain."

"Lix, gue.. gue gak abis pikir deh sama lo, lo mau gue ngikutin fetish lo gitu?!"

"Ya, mau gak mau. Masa iya kita baru nikah langsung cerai sih."

"Lix, tapi.."

Jessi tidak mampu melanjutkan ucapannya, air matanya sudah mengalir terlebih dahulu. Ini malam pertama mereka, seharusnya ia tidak menangis. Seharusnya malam ini menjadi malam paling menakjubkan dalam hidupnya.

"Jess, c'mon, it's not that bad!"

"What? hh! not that bad?! Lix, lo tau gue gak suka diatur, i don't wanna be your fckn' slave!"

"Astaga, Jessi. You are not going to be my slave. All you have to do is.. just.. be my submissive, that's all."

"THEN WHAT'S THE DIFFERENT?!?!"

Amarah Jessi meledak, ia tidak mau. Ia tidak mau hubungan yang seperti itu. Ia bahkan tidak bisa membayangkan betapa menyedihkannya jika hal itu benar-benar terjadi.

"Jess, please.."

"Lix..."

Sebelum Felix sempat berbicara, Jessi sudah memotongnya terlebih dahulu, Tapi Jessi tidak sanggup melanjutkan kata-katanya. Ia hanya dapat menangis.

"Kenapa.. kenapa lo gak bilang dari dulu.."

Felix menatap nanar Jessi, lalu turut duduk disebelahnya. Felix tahu gadis itu kecewa, tapi Felix tidak pernah bermaksud seperti itu.

"Gue mau bilang Jess, tapi.. gak ada moment yang pas. Setiap kali kita ketemu juga.. kita gak pernah bahas ini, jadi.."

"Hhh"

Jessi yang tiba tiba terkekeh membuat Felix enggan melanjutkan kalimatnya. Mencoba menerka apa yang akan diucapkan Jessi, tapi tidak bisa. Felix bahkan tidak dapat melihat jelas wajah Jessi.

"Lucu, hhh, gak ada moment? Lix, lo itu genius, apa gak ada alesan yang lebih make sense?"

Jessi mengangkat wajahnya, menatap Felix dengan senyum meremehkan. Rahang pria itu tiba-tiba mengeras, ingin sekali ia menindih Jessi lalu memperlakukan gadis itu semaunya.

"Fine. Kalo lo gak percaya, terserah. Then, what will you do? cerai? i'm not going to forced you, you have right to decide. But, think about it, Jessi. Selama ini gue mau nerima lo yang susah diatur, gue mau jadian sama lo yang gak suka diposesifin, gue nerima lo yang gak mau di chat tiap hari, Jess lo mikir aja. Cowok mana yang mau pacaran sama cewek yang bahkan gak prioritasin cowoknya? cowok mana yang mau jadian sama orang yang gak mau pake panggilan "aku" "kamu"? bahkan sampe nikah pun begini."

Kali ini Felix yang mulai tidak sabar, nada suaranya meninggi, setiap kata kata yang keluar dari mulutnya terkesan absolut. Jessi tidak bisa menyangkal, ia hanya bisa diam.

"Consider it." Setelah mengatakannya, Felix melangkahkan kaki keluar kamar. Di malam pertama mereka, mereka tidak tidur dalam satu ranjang, tidak pula dalam satu ruangan, setidaknya, mereka masih satu atap.

✧✧✧

Semalaman suntuk, Jessi tidak dapat tidur, ia tidak tahu harus bagaimana. Jessi mencintai Felix, tapi ia tidak yakin dapat bertahan dengan Felix yang ternyata seorang dominan, juga hypersex. Tapi Felix merupakan pria yang sangat baik, ia begitu perhatian dengan Jessi, selalu menuruti semua keinginannya, selalu memaklumi sifat kekanak-kanakannya, Felix juga pria yang sangat sabar sekali menghadapi amarahnya yang terkadang meledak ledak.

DominantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang