Felix merenung di balkon. Ia senang Jessi hamil, tapi hal itu membuatnya kesal dengan sikap Jessi. Benar, Jessi hamil. Dan usia kandungannya sudah hampir dua minggu. Menurut perkiraan Dokter Louis, pembuahan terjadi saat mereka masih berada di New York, namun tanda-tandanya memang baru terlihat seminggu setelahnya. Dan seharusnya, selama usia kandungan Jessi masih muda, mereka tidak boleh berhubungan. Tapi Felix tidak tahu hal itu saat mereka bercinta di bawah langit Perancis yang penuh bintang, untungnya, hal itu tidak membahayakan janin Jessi, tapi dokter Louis memperingatkan Felix untuk tidak melakukannya lagi, karena berhubungan badan saat hamil muda dapat berakibat fatal, terlebih jika ia bermain kasar.
Felix mengusap wajahnya, entah harus senang atau kesal. Jessi sendiri terlihat biasa saja dengan kehamilannya, ia senang, tapi tidak terlalu ditunjukan.
"Lix, makan dulu. Gue udah masakin"
Felix menoleh, mendapati Jessi di berdiri di belakangnya dengan sepiring chicken cordon bleau.
"Ini beneran lo yang masak?" Sejak remaja, Jessi tidak suka memasak, ia tidak bisa masak. Oleh sebab itulah selama ini Felix yang lebih sering memasakkan makanan untuknya.
"Lo serius bisa masak ini?"
"Ya... bisa.. kan Vincent yang nyuruh." Felix mengernyit, semakin tidak mengerti dengan istrinya.
"Vincent siapa?"
"Anak kitaa!!!" Lagi-lagi, Felix mengernyit. Usia kandungan Jessi belum ada satu bulan, tapi Jessi sudah menamai anak mereka, yang benar saja!
"Astaga, kenapa lo main namain sendiri, kenapa gak tanya gue dulu?"
"Gak bisa Lixxx, ini anak lo! anak lo maunya dinamain Vincent."
"Non sense! mana bisa dia request."
"Seiuss Lixx lo mah gak bisa ngertiin orang hamil bangett!! ini tuh gue tiba-tiba pengen nama Vincent itu kan berarti bawaan bayi, anak lo maunya nama dia Vincent!"
"Gue ngerti Jessi, gue ngerti. Tapi dia aja belom pasti cewek atau cowok."
"Gak, ini pasti cowok, dan namanya Vincent. Soalnya gue ngerasain dia mirip lo."
"Jessica.. lo hamil apa gila sih? ngelantur mulu kalo ngomong. Mirip darimana? Mukanya kan kita gak tahu, gak make sense banget si lo Jess."
"Ah, Felix goblok! Maksud gue sifatnya!!!"
"Ngomong apa barusan?"
Jessi mulai salah tingkah saat nada bicara Felix berubah, sial, ia keceplosan.
"Sorry.." Cicit Jessi pelan. Setelah itu, ia langsung menarik tangan Felix ke meja makan.
✧✧✧
"Felixx.."
Jessi memangginya dengan nada manja, ia tahu persis gadis itu pasti ingin sesuatu, dan keinginan orang yang sedang mengandung biasanya sulit dipenuhi.
"Felixx ihhh jawabb"
"Apaa"
"Hehe.. mau rujakk"
Dugaan Felix tepat sasaran, permintaan Jessi sulit dipenuhi. Ia menghela napas, lalu memijat pelipisnya, kemudian memandang Jessi dalam-dalam dengan senyum termanisnya.
"Jessi sayang, di Turkey gak ada rujak. Yang lain ya??"
"IH GAMAUUU, maunya rujakkkk ahhh"
Sebenarnya, Felix sudah lelah sekali dengan sikap Jessi yang sudah tidak pernah menurut padanya. Mungkin Jessi benar, anak mereka mirip dengannya. Terlepas ia pria atau wanita, yang jelas, anak itu sangat keras kepala. Perpaduan yang sangat sempurna dari Felix yang dominan dan Jessi yang tidak suka diatur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dominant
Romance⚠️ALERT!!!⚠️ 18+ 21+ Kisah cinta Jessi berakhir bahagia, ia sudah berpacaran dengan Felix sejak berada di bangku SMA. Setelah melewati berbagai cobaan, mereka berhasil menikah. Jessi bersyukur kisah cintanya tidak rumit, tidak ada siapapun yang beru...