Jessi membuka matanya, samar-samar menangkap bayangan wajah Felix di depannya. Ia pasti bermimpi.
"Jessi."
Kali ini, ia mendengar suaranya, begitu nyata. Ia baru tahu bahwa melahirkan dapat menyebabkan halusinasi.
Suara anaknya yang menangis membuatnya benar-benar membuka mata. Akhirnya ia menyadari hal itu bukan mimpi. Felix ada di hadapannya, dengan Vincent di tangannya.
"FELIX?!"
"Lo.. lo bukannya.."
"Gue pulang duluan."
Jessi hanya mengangguk-angguk. Langsung menyiapkan jawaban untuk menjelaskan semua situasi ini. Kenapa Jessi tidak menjawab teleponnya? kenapa Jessi tidak memberitahunya bahwa ia melahirkan? kenapa Jessi tidak memintanya pulang? tapi ternyata Felix hanya diam. Ia tidak berkata apapun.
Setelah ia menyerahkan Vincent ke salah satu suster, barulah Felix mengeluarkan suaranya.
"Gue gak mau kita cerai."
Ucap Felix tanpa ba-bi-bu. Membuat Jessi sempat kaget untuk beberapa saat.
"Listen, kita punya peraturan. Dan lo sepakat. Kalo gue terlalu kasar, kalo lo bisa pakai safe word lo kapan aja Jess."
"Gue gak mau having sex lagi."
"Don't worry, we won't do that in two months from now."
"Tapi lo harus pikirin anak kita Jess. Vincent butuh ayah."
"So, will you stay with me?"
Anaknya memang membutuhkan sosok seorang ayah, tapi bukan ayah seperti Felix.
"Jess, apa masalahnya? kenapa lo tiba-tiba minta cerai?"
"Gue gak mau punya anak kayak lo!"
Felix mengernyit, sama sekali tidak mengerti apa maksud Jessi.
"Lix, kalo lo ayahnya, Vincent pas gede nanti pasti bakal jadi kayak lo, dominan, suka ngatur, gak mau ngalah, sadis, gak punya rasa empati!"
"He won't be like that. He has a wonderful mother, he's different than me when i was a child."
"Listen, Jessica. Soal Vincent, kalo lo setakut itu Vincent kepengaruh sama gue, gue serahin parenting dia ke lo, gue gak akan ikut campur. Terserah lo mau didik Vincent kayak gimana, terserah lo mau buat dia jadi pribadi yang gimana, gue cukup biayain hidupnya aja. Deal?"
Jessi terdiam cukup lama, tanpa menatap Felix sama sekali. Felix menghela napas, lalu duduk menghadap Jessi, memegang kedua tangannya.
"Jess.. cerai gak akan ngubah apapun,
kalau Vincent emang darah daging gue, mau kita cerai pun gen gue tetep ada di dia."Jessi tetap terdiam, benar-benar tidak tahu harus berbuat apa. Tapi ia tidak menyangkal perkataan Felix, kalaupun ia bercerai dengan Felix, Vincent tetap akan menurunkan beberaps sifatnya, karena bagaimanapun juga, Vincent adalah anaknya.
"And.. i'm not mad because you've been hiding all of this from me. I can understand. I won't give you any punishment or.. anything else."
Felix menghela napas lagi saat Jessi tak kunjung membalas ucapannya. Setelah lama saling berperang dingin, Akhirnya Felix memutuskan untuk memberikan waktu untuk Jessi, ia keluar ruangan, meninggalkan Jessi sendiri memikirkan ulang keputusannya.
✧✧✧
Dua bulan berlalu, Felix kembali disibukkan oleh pekerjaannya, meeting sana sini, berpergian keluar kota setiap harinya, dan mengurus berbagai macam kontrak kerjasama dengan perusahan lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dominant
Romansa⚠️ALERT!!!⚠️ 18+ 21+ Kisah cinta Jessi berakhir bahagia, ia sudah berpacaran dengan Felix sejak berada di bangku SMA. Setelah melewati berbagai cobaan, mereka berhasil menikah. Jessi bersyukur kisah cintanya tidak rumit, tidak ada siapapun yang beru...