Tangan Jessi mulai gemetar memegang konsol game, tapi ia masih dapat memainkan game nya dengan fokus.
Jessi hanya memakai lingerie, tanpa bra. Dan hal itu memudahkan Felix untuk mengeksplor tubuhnya. Ia menyisipkan tangannya ke dada Jessi, mulai meremas-remas payudara montoknya. Bibir Felix memberikan kecupan tanpa ampun pada lehernya membuat kepala Jessi bergerak kesana kemari.
Jessi masih bisa mengontrol game di layar, tapi saat Felix mulai menggoda telinganya, Jessi mulai lemah, desahan keluar begitu saja dari bibir menggodanya, selama beberapa saat Jessi memejamkan matanya menahan sensasi geli dari lidah Felix yang bergerak semakin liar di telinganya.
"FELIX AHH!" Jessi tidak dapat menahan teriakannya saat Felix mengusap vaginanya, jari telunjuk Felix dengan lentik menusuk nusuk dari luar celana dalam tipis yang dikenakan Jessi.
"Hm?"
"So you're submitting your loss?""Nghh no! b-but.."
"But what?"
Felix semakin gencar menggoda Jessi. Perlahan ia melepas celana dalam hitam Jessi, tangannya meraba bagian dalam paha Jessi, mulai bergerak keatas dengan lambat membuat bulu kuduk Jessi meremang.
"OH.. FELIX!!" Jessi berteriak saat merasakan dua jari Felix memasukinya.
"But what, Jessica?"
Jari Felix mulai bergerak maju mundur, membuat Jessi menggigit bibir bawahnya menahan gairah. Ia tidak boleh terlena dengan kenikmatan, ia tidak boleh kalah dalam permainan ini, ia tidak mau menjadi slave Felix.
"But, i can't focus if you do that to me.."
Felix hanya menyeringai, kemudian mempercepat kocokan tangannya.
"Oh, that's your duty. No matter what i do, you should bear with it."
Jessi tidak menjawab, ia berusaha sebisa mungkin memfokuskan pikirannya pada layar di hadapannya. Astaga, sebentar lagi ia akan memasuki level akhir dimana ia harus melawan boss, dan itu tidak mudah. Sementara tangan Felix tidak bisa diam, tangan kanannya meremas payudara Jessi, memilin dan mencubit putingnya, tangan kirinya bergerak keluar masuk vagina Jessi, cepat, kemudian lambat, sangat lambat sampai membuat Jessi frustasi, lalu tiba-tiba berubah lagi menjadi cepat, super cepat hingga Jessi tidak dapat mengontrol desahannya.
Sepuluh menit pertama sudah berlalu, Jessi masih belum menyerah, dan Felix semakin merasa tertantang. Meskipun begitu, Felix tidak ingin membuat Jessi kuwalahan saat ini, ia ingin menggoda Jessi perlahan-lahan. Lagipula, ia yakin Jessi akan kalah, karena ia sudah menyiapkan sesuatu yang akan membuat Jessi tidak dapat menahan orgasmenya. Yah, bukan Felix namanya jika fantasinya tidak liar.
Jessi berteriak terkejut saat Felix menekuk kedua kakinya membuat bokong Jessi berada di udara sementara kepalanya tetap di tempat, vagina Jessi tepat berada di depan wajah Felix. Jessi tidak suka ini, ia tidak suka ketika ia tidak bisa melihat apa yang akan dilakukan Felix, hal itu membuatnya lebih waspada, lebih sensitif, serta lebih khawatir, Jessi tidak suka itu.
Tiupan di vagina nya membuat Jessi mengejang, ia menggigit bibir bawahnya kuat, berusaha sekuat tenaga mengontrol dirinya. Sungguh, rasanya sulit sekali bermain game dalam keadaan seperti ini. Perlahan tapi pasti, Felix mulai menjilati vagina Jessi.
"Ahhh Felix, lo.. nghhhh!!! lo curang!"
Felix tidak mendengarkan, ia tetap fokus memberi rangsangan bertubi-tubi pada vagina Jessi, lidahnya semakin bergerak masuk dan berputar-putar di dalam sana, jari telunjuk dan jempolnya ia gunakan untuk mencubit-cubit klitoris Jessi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dominant
Romansa⚠️ALERT!!!⚠️ 18+ 21+ Kisah cinta Jessi berakhir bahagia, ia sudah berpacaran dengan Felix sejak berada di bangku SMA. Setelah melewati berbagai cobaan, mereka berhasil menikah. Jessi bersyukur kisah cintanya tidak rumit, tidak ada siapapun yang beru...