Perasaan yang sudah lama terkubur di alam bawah sadarnya kembali muncul. Perasaan ingin balas dendam, ingin mendominasi. Sudah cukup ia menjadi orang yang berada dibawah kendali, ia sudah muak menjadi budak, ia sudah muak menjadi puppet. Ia ingin menjadi satu-satunya orang yang memegang kendali, ia ingin menjadi kuat.
Tanpa sadar, ia sudah mencumbu Jessi dengan aggressive.
"Lix, are you drunk?"
"I told you i'm not Jessica. Don't make me repeat myself or you'll be punished."
"Pardon, Sir."
Sekarang, barulah Jessi mengerti. Mengerti apa yang membuat Felix menjadi pribadi yang begitu ingin mendominasi, control freak, dan absolut. Ia terbiasa dengan hal-hal seperti itu sejak kecil. Orang-orang disekitarnya merupakan orang-orang yang seperti itu. Sehingga Felix kecil berpikir ia ingin menjadi seperti mereka saat besar nanti. Selain itu, Jessi juga menyimpulkan bahwa Felix mengalami trauma, trauma dijadikan budak. Oleh karena itulah ia berusaha untuk menjadi orang yang mengambil kendali atas semuanya.
"NGGHH!"
Felix memasukkan tiga jari sekaligus ke dalam vagina Jessi, tanpa aba-aba. Bergerak dengan begitu cepat. Ah, Felix tidak membawa sex toy satupun. Ia sangat menyayangkan itu. Matanya mengitari sekitar, mencari sesuatu yang dapat digunakan untuk mengikat Jessi, tapi ia tidak menemukan apapun. Ia juga tidak memakai dasi ataupun ikat pinggang. Yah, mungkin ini hari keberuntungan Jessi, Felix akan membebaskannya hari ini.
"Mmhh ahh"
Jessi mendesah saat Felix menciumnya ganas, dihisapnya bibir bawah Jessi dengan kuat, lidahnya bergerak liar di dalam mulut Jessi, entah mengapa, Felix selalu merasa gemas, membuatnya ingin menggigit Jessi.
"Akh-"
Yah, Felix melakukannya. Bibir Jessi digigitnya sampai mengeluarkan darah. Tapi kali ini tangan Jessi dapat bergerak bebas. Untuk pertama kalinya, ia dapat menyentuh Felix, mengusap rambut lembutnya, punggungnya, ia dapat melakukan apapun yang ia mau.
"Akh Felix! sakit!"
Felix meremas payudara Jessi terlalu kuat, membuat payudaranya terasa panas. Tanpa membiarkan payudara Jessi beristirahat, Felix langsung menghisap putingnya, mencubitnya, serta menggigitnya sesekali. Felix menyesap payudaranya, membuat tanda disana.
"Ngghhh it's.. hurt.."
Tangan Felix mempercepat gerakannya, sementara mulutnya tidak berhenti menghisap dan menggigit, membuat tanda dimana-mana. Tangannya yang lain terus meremas payudara Jessi dengan kuat, memilin dan mencubit putingnya. Jessi mulai merasakan sesuatu yang menggelitik dibawah sana, ia semakin dekat.
"Nghh ahhh Felixxx fasterrr!!!"
Felix berhenti.
"Don't tell me what to do."
"It seems like you forgot your position, sweetheart~"
"Do i have to remind you everytime hm?""No.."
Felix terkekeh, lalu kembali melanjutkan aksinya. Perlahan tapi pasti, ia mengusap vagina Jessi, menyelipkan ibu jarinya diantara labia mayor Jessi, kemudian semakin menusuk kedalam, memasuki lubang vaginanya.
"Ahhhh~"
Felix menyeringai mendengar desahan kecil itu lolos dari mulut Jessi, ia semakin mendorong masuk ibu jarinya di dalam sana, memutar-mutar ibu jarinya itu, sementara jari telunjuk dan jari tengahnya menjepit klitoris Jessi.
Perlahan, bibir Felix yang semula mengulum payudara Jessi, kini bergerak turun, sementara tangannya tidak berhenti bergerak di bawah sana, membuat Jessi semakin basah karena cairannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dominant
Romance⚠️ALERT!!!⚠️ 18+ 21+ Kisah cinta Jessi berakhir bahagia, ia sudah berpacaran dengan Felix sejak berada di bangku SMA. Setelah melewati berbagai cobaan, mereka berhasil menikah. Jessi bersyukur kisah cintanya tidak rumit, tidak ada siapapun yang beru...