TWENTY THREE ✧ NO MERCY

34K 736 87
                                    

CTASSS!!!!!

"MMMMMMM!!!!!"

Jessi menangis, ia tidak bisa berteriak, ia tidak bisa bersuara lagi, Sakit, bokongnya terasa begitu sakit. Ia hanya berharap hukuman ini cepat berakhir, ia tahu ia salah, tapi Felix terlalu jahat padanya.

Felix mengusap-usap bokong Jessi dengan lembut, lalu kembali menamparnya dengan sabuk.

"Lo tau kenapa gue sekasar ini?"

Jessi hanya bisa terisak, ia tahu Felix marah tapi ia tidak menyangka Felix akan tega menyiksanya begini.

"First of all. You're lie to me."

"Hebat banget bohong berbulan-bulan ga ketauan."

CTASSSSS!!!!

"MMM!!!!"

Tangan Jessi memberontak, berusaha melepaskan diri dari handcuffs, tapi ia tahu hal itu mustahil.

"Dan yang lebih parahnya lagi, ini bukan pertama kalinya Jess,"

"MMMMMMMHHH!"

Jessi terkejut bukan main saat rambutnya ditarik oleh Felix sampai punggung Jessi menempel dengan dada bidang Felix. Felix melepaskan tangannya dari rambut Jessi, beralih menuju lehernya.

"Padahal, gue udah ngasih lo kesempatan. But where's the thanks?"

"Mana tanda terimakasih lo? gue udah percaya sama lo, gue kasih lo kesempatan kedua, tapi apa? lo boongin gue lagi."

"Puas?"

Jessi hanya diam, ia tidak tahu harus apa. Felix benar, Jessi salah. Tapi Jessi tidak mau meninggalkan karirnya, menurutnya, Felix terlalu posesif.

"Alright then, let's begin."

Felix kembali menekan punggung Jessi sampai menempel di kasur, membuat posisinya kembali menungging.

Tangan Felix mengusap-usap bokong Jessi, memandang bokong yang sudah memerah itu,

"This ass.."
"Siapa yang nyuruh lo pose begitu?"
"Maksudnya ngapain? pamer pantat? biar pada sange liat badan lo?"

PLAKKK!!!

Tamparan dari tangan Felix terasa jauh lebih menyakitkan dibandingkan Paddle. Tamparan itu menyiksanya. Belum lagi, gagball di mulutnya, Jessi merasakan mulutnya penuh oleh bessi, ia tidak nyaman menggunakannya, ia tidak suka.

CTASSS!!!!

CTASSS!!!

CTASSS!!!!

"MMMMMMMM!!!! hiks.."

Jessi tidak kuat menahan tiga cambukan dari sabuk kulit milik Felix, air matanya semakin deras membasahi wajahnya.

"Oh, i was forget."
"Your boobs need to learn a lesson too."

Jantung Jessi berdegup cepat, tidak mengerti apa yang rencana Felix selanjutnya. Ia merasakan Felix turun dari kasur, berjalan menjauh entah kemana, kemudian kembali dengan menjambak rambutnya, meletakkan tangannya di leher Jessi.

Jessi mendengar suara gunting, Felix memotong dress nya.

"Katanya, lo janji gak akan make mini dress di depan orang lain."

"Tapi apa? all of your photos on magazine almost naked Jess."

Setelah Jessi sudah tidak memakai sehelai benang pun, barulah Felix meremas kuat payudaranya.

DominantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang