TWO ✧ OUR FIRST TIME

95.3K 1.4K 80
                                    

"Felix!!" Jessi kaget bukan main saat Felix dengan cepat menjatuhkan Jessi ke lantai, lalu menindihnya, kedua tangan Jessi dicengkram erat oleh tangan kanan Felix, Jessi tidak bisa bergerak.

"Sshh"

Sensasi macam apa ini? jantung Jessi berdebar begitu cepat saat melihat Felix berada di atasnya, jari telunjuknya mengacung di depan bibir Jessi, mengisyaratkan gadis itu untuk diam. Tatapan matanya tajam, seperti singa yang akan menyerang kapan saja. Jessi tercengang, ia tidak pernah melihat Felix seperti ini, Felix tampak.. menyeramkan. Membuat Jessi takut, namun entah kenapa ia menyukai perasaan ini, ia antusias.

Felix menyeringai sesaat lalu menyesap bibir Jessi dengan rakus, Jessi yang masih begitu terkejut semakin merasa takut, Felix seperti orang kerasukan. Jessi belum pernah berciuman sebelumnya, ia ingin ciuman yang lebih lembut, ia tidak bisa menghadapi ini. Kepalanya berontak kesana-kemari, sebisa mungkin mencoba lepas dari ciuman Felix. Tangan Felix dengan cepat mencengkram rahang Jessi, membuat gadis itu berhenti memberontak, saat itu, barulah Felix melepaskan ciumannya.

"Stay still, honey.."

Baru saja Jessi mengambil napas, bibirnya sudah diserbu lagi oleh Felix, Jessi tidak kunjung membuka mulutnya, jadi Felix menggigit bibir Jessi dengan cukup keras sampai Jessi membuka celah untuk lidah Felix.

"Mmm!!"

'Jadi... begini rasanya? how pathetic...'

Mata Jessi membelalak saat cengkraman Felix turun menuju lehernya, apakah Felix akan membunuhnya? apakah Felix seorang sadisme? tapi kekhawatiran Jessi berlebihan, Felix hanya melingkarkan tangannya disana, ia tidak berbuat apa-apa, pria itu fokus mencium bibir Jessi dengan ganas. Awalnya Jessi memberontak, tangannya ia gerakan kesana kemari mencoba melepaskan diri dari Felix, namun tentu saja ia tidak bisa. Semakin lama tubuh Jessi seakan pasrah, lalu menikmati ciuman itu, menikmati keganasan Felix, sampai ia merasa sudah diambang batas, ia merasa bagai kehabisan nafas, barulah Jessi mulai memberontak lagi, ia mencoba berbicara tapi mulutnya senantiasa terkunci dengan mulut Felix.

Tiba-tiba Jessi merasakan tekanan di tenggorokannya, semakin lama semakin kencang. Sungguh, Jessi tidak bisa bernapas, Jessi memberontak dengan lebih brutal, bukan hanya tangannya yang ia gerakkan ke berbagai arah, kali ini, kakinya juga tidak bisa diam.

"Fel-mmh!!!"

Ciuman Felix semakin memburu, cengkraman tangannya juga semakin erat, Jessi bisa tahan dengan cengkraman di tangannya, tapi tidak dengan cengkraman di tenggorokannya, napasnya sesak, sepertinya Felix benar-benar berniat membunuhnya.

"Hah... hah.. hah.."

Jessi terengah-engah saat Felix akhirnya melepaskan ciuman ganas itu, Felix juga melepaskan tenggorokan Jessi sehingga gadis itu dapat bernapas dengan lebih baik sekarang.

"Eh~"
"Are you already this exhausted hm?"

Aneh, Felix benar-benar aneh. Tentu saja Jessi akan terengah-engah jika dalam keadaan tercekik seperti itu.

"Hah... hah.. Felixh.."

Jessi berhenti sebentar untuk menelan ludah, lalu kembali terengah-engah. Ah, Jessi mulai merasa tenggorokannya kering sekarang, mengingat ia belum minum sama sekali dari semalam, ia juga menangis semalaman, astaga apa yang harus ia lakukan sekarang?

"Felix.."

"Hmm?"

Kali ini, tatapan Felix tidak tajam seperti sebelumnya, tatapannya lembut, namun fokus, jari-jari lentiknya memegang surai coklat Jessi, lalu didekatkannya ke hidungnya. Jessi tersenyum melihatnya, hal itu mengingatkannya pada saat mereka berpacaran, Felix sangat menyukai aroma rambut Jessi.

DominantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang