"Promise you won't drink without my permission again?"
"Yes.."
"Alright. Now tell me what you want."
Jessi membelalakkan matanya tidak percaya. Apakah Felix serius mengatakannya? Jessi tahu bahwa pria di atasnya ini tahu persis apa yang Jessi mau.
"What?!"
"Yes, tell me what you want me to do."
"Lix.. come on.. i know you know.."
"I know. But you still have to say it. Now say it clearly."
Jessi diam, terlalu malu untuk mengucapkannya. Ia beralih memutuskan eye contact dan membuang muka.
"Or.."
Tangan Felix kembali menyusuri tubuhnya, bibirnya kembali menempel di telinga.
"I'm just gonna tease you for hours.. do you want that?"
"No.."
"Then say it. Say what you want."
"Don't tease me.."
"Hm?"
Felix memasukkan jari tengahnya lagi ke dalam vagina Jessi, menggerakannya perlahan, sangat perlahan.
Desahan Jessi meloloskan diri dari mulutnya, tapi Felix malah bergerak mengeluarkan jarinya disana, menyisakan ujung jarinya saja.
"Felixx!!!!"
Felix terus menerus memainkan temponya, cepat, lalu melambat, lalu kembali cepat, kemudian melambat. Jessi semakin frustasi dibuatnya.
"Mmmhh"
Jessi mendesah saat merasakan Felix mulai menciumi lehernya, la hanya bisa pasrah sekarang, kedua matanya terpejam di bawah tubuh Felix, mulutnya terbuka, mengeluarkan desahan demi desahan. Desahan itu semakin kencang saat Felix mempercepat jarinya, membuat Jessi berteriak, kedua tangannya mengepal, ia menggigit bibirnya erat, merasakan orgasme nya memuncak.
Seringaian Felix yang terlihat mengejek membuatnya malu, tapi juga membawanya semakin dekat ke puncak. Felix mendekati bibirnya sambil terus mempercepat jari-jarinya. Tanpa canggung, Jessi membalas bibir Felix, diraupnya bibir merah itu dengan rakus. Tapi Felix kembali menjauhkan wajah saat bibir Jessi masih ingin melumat bibirnya. Tanpa sadar, Jessi menggerakan pinggulnya sendiri, merasa semakin dekat dan dekat.
"Ahhhh!!"
Lidah Felix yang menggodanya dari leher sampai telinga membuatnya mengepalkan tangan frustasi. Jessi berteriak saat tangan Felix mulai bermain dengan putingnya, tanpa disadari, ia melengkungkan pinggangnya sendiri, merasakan orgasmenya sudah siap menyembur keluar.
"Aahhh FELIXXX!! ngh-!"
Felix berhenti.
"A..AKH.. N-NO.. ARRRRGHHHHH!!!"
Tubuh Jessi meliuk kesana kemari, kedua tangannya mengepal dengan kuat sampai ia bisa merasakan kuku-kukunya menggores telapakannya.
"Ah, you're getting too excited."
Jessi dapat melihat Felix menarik salah satu sudut bibirnya, salah satu alisnya juga terangkat. Ia terkekeh. Dilihatnya perut Jessi yang kembang kempis saat jari-jari lentik Felix menyusuri perutnya, menggelitik dengan lambat.
Tubuh Jessi menggeliat, tenggorokannya menelan ludah dengan lambat, dadanya naik turun karna napas yang terengah-engah.
"Control your lust, Jessica."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dominant
Romance⚠️ALERT!!!⚠️ 18+ 21+ Kisah cinta Jessi berakhir bahagia, ia sudah berpacaran dengan Felix sejak berada di bangku SMA. Setelah melewati berbagai cobaan, mereka berhasil menikah. Jessi bersyukur kisah cintanya tidak rumit, tidak ada siapapun yang beru...