Felix meraih dasi abu-abunya yang terletak di lengan sofa. Tangan kanannya mengarahkan kedua pergelangan tangan Jessi ke belakang punggungnya.
"Felix.."
Ucap Jessi memelas, kembali membawa kedua tangannya itu mengalungi leher Felix.
"Don't tie me.. please..."
Jessi menyandarkan tubuhnya pada bahu Felix sambil mengucapkannya. Ia dapat merasakan jantung Felix berdegup semakin kencang.
"Alright, i won't. But you're not allowed to touch me, okay?"
"Ohhh whyyy?!"
"So.. you would prefer to be tied?"
"No! okay i won't touch you.."
"Good girl"
Felix trauma terhadap sentuhan, bahkan sentuhan seujung jari yang menyentuh tubuhnya, terutama punggungnya, bisa membuat pikirannya kacau. Membuatnya ketakutan setengah mati.
Sejak berusia balita, ayah kandungnya mencambuknya hampir setiap hari, sementara ibunya selalu berteriak padanya. Saat ia dijadikan budak pun, ia berkali-kali mendapatkan luka di punggung. Begitu juga ibu angkatnya, setiap kali Felix memutuskan untuk membantah, ia dipecut, tak jarang juga punggungnya itu disundut rokok.
Ia tahu Jessi tidak akan melakukan hal itu, hanya saja tubuhnya seakan menolak mentah-mentah. Clara pernah sekali tak sengaja menyentuh punggungnya, hal itu membuat Felix mendorong gadis itu keras, membuatnya langsung terpental sampai punggungnya menyentuh tembok. Ia tidak mau hal serupa terjadi pada Jessi, apalagi perempuan kesayangannya itu sedang hamil.
Setiap kali jari-jari Jessi bergerak semakin ke belakang, Kedua tangan Felix menghentikannya, menahan pergelangannya.
"Mmhh"
Jessi mengeluarkan desahannya, semakin dalam mencium Felix. Felix tidak seagresif biasanya, Jessi dapat mengatakan saat ini Felix menahan diri. Jessi mengigit bibirnya nakal, tentu saja Felix membalasnya dengan lebih kuat.
"Akh-"
Baru saja Jessi ingin menghentikan ciuman itu, Felix menahan belakang kepalanya, membuat Jessi terpaksa melanjutkan kegiatan saling melumat itu.
"Enough."
Felix menarik rambut Jessi, membuat kepalanya juga otomatis mundur.
"You've been a bad girl, didn't you?"
"What?"
"Wear this dress, and biting me."
Jessi hanya tersenyum tipis, lalu kembali menempelkan bibirnya pada Felix, setelah beberapa detik, lagi-lagi Felix menarik kepalanya menjauh.
"You bother me drinking, honey."
Felix mengangkat gelas wine nya, lalu menuangkannya ke wajah Jessi, wine itu membasahi wajahnya, dan tertampung di payudaranya, sebagian terus mengalir melewati perutnya.
"With this, i kill two birds with one stone"
Felix kembali melumat bibir Jessi yang saat ini rasanya seperti wine. Ia mulai mencicipi seluruh wajah Jessi, lalu mulai bergerak turun menuju leher Jessi, menggigitnya, membuat Jessi meringis.
"F-Felix it hurts..."
Felix berhenti menggigit leher Jessi, beralih memberikan beberapa kiss mark disana.
Tangan kekar Felix merobek mini dress Jessi, membuat gadis itu merengek sesaat. Tidak sanggup melihat salah satu dress kesayangannya harus pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dominant
Romance⚠️ALERT!!!⚠️ 18+ 21+ Kisah cinta Jessi berakhir bahagia, ia sudah berpacaran dengan Felix sejak berada di bangku SMA. Setelah melewati berbagai cobaan, mereka berhasil menikah. Jessi bersyukur kisah cintanya tidak rumit, tidak ada siapapun yang beru...