Bulan demi bulan telah berlalu tanpa terasa. Setiap harinya, Jessi memikirkan masa depannya, masa depan anaknya, memikirkan hidupnya. Sementara Felix sedang menjalani perjalanan bisnis ke Singapore selama dua minggu.
Jessi yang masih lemas di atas kasur rumah sakit memandang langit-langit dengan tatapan kosong. Anaknya sudah lahir, dan Felix tidak ada di sampingnya. Yuli menemaninya disana, mondar mandir kesana kemari, mengurus biaya administrasi, membawakan pakaian untuk Jessi menginap di rumah sakit, membelikannya makanan, juga mengecek keadaan Vincent berkali-kali. Terkadang, Lidia dan Jane menjenguknya, namun yang lebih sering membantu Jessi adalah Yuli.
Jessi menghela napas. Memejamkan matanya. Pikirannya bercabang begitu banyak.
"Li.."
Akhirnya, suara lirih Jessi terdengar. Yuli yang sedang berada di sampingnya langsung menghampiri Jessi, memegang telapak tangannya.
"Gue.. gue mau cerai."
Mata Yuli membelalak bukan main. Apa Jessi serius? ia baru saja melahirkan dan ia ingin membesarkan Vincent tanpa seorang ayah?
"Gue bisa kan Li, nanggung semua biaya hidup Vincent sendiri? Gue masih bisa jadi model kan? Gue masih sering dapet tawaran kok"
Yuli hanya diam, masih ingin mendengarkan Jessi lebih jauh. Mungkin Jessi hanya marah karena Felix tidak ada di momen berharganya itu.
"Tapi... gimana cara gue ngomong ke Felix?"
"Jess.. lo butuh istirahat, jangan mikirin apa-apa dulu ya?"
"Gakk Li nggak!! gue kaya gini bukan karna gue capek. Gue serius Li.."
Yuli menghela napas, lalu duduk di tempat tidur, mengusap puncak kepala Jessi.
"Lo ada masalah apa sama Felix?"
"Felix.. Felix... ahh gue.. gue gak bisa bilanggg!!!"
"Gue.. gue cuma gak mau Vincent punya ayah kayak Felix Li.. dia.. dia gila! Felix... Felix itu punya gangguan!"
"Lagian.. kayaknya gue lebih menikmati hidup gue yang dulu deh Li, sebelum gue nikah sama Felix. Gue ngerasa bebas banget, gue suka kerjaan gue.."
"Gue ngerti kok Jess lo suka banget sama kerjaan lo.. tapi gimana Vincent nanti? Lo udah jadi ibu Jess, lo gak bisa mikirin diri lo doang, lo harus prioritasin anak lo. Kalo nanti Vincent udah mulai gede dan dia ngeliat teman-temannya punya ayah gimana? Kasihan dia.."
Ucapan Yuli mengiris hati Jessi. Sahabatnya itu benar. Tapi bukankah akan lebih buruk jika Vincent mempunyai ayah seperti Felix? bagaimana jika sikap dominan Felix merusak mentalnya? atau bahkan, malah merubahnya menjadi sosok yang persis seperti Felix. Jessi tidak mau hal itu terjadi.
"Btw, Felix nelfon mulu loh Jess. Lo beneran gak mau angkat? Seenggaknya lo kasih kabar kalo Vincent udah lahir. Siapa tau dia jadi buru-buru kesini."
"Gue.. ah Li, lo bisa gak jangan bilang Felix dulu kalo Vincent udah lahir?"
"Hah? Lo gila Jess? Gak bisa. Vincent itu anaknya Felix kan? Dia harus tau kalo anaknya udah lahir. Lo kenapa sih sama Felix? Kok sampe segitunya? Atau.. sebenernya Vincent bukan anak Felix?"
"Ngga ngga, Vincent anak Felix, tapi... gue.. gue gak mau Vincent punya ayah kayak Felix.."
Yuli membatu. Tidak tahu harus bicara apa. Ia tidak tahu apa-apa tentang Felix, ia juga tidak tahu menahu tentang hubungan Felix dengan sahabatnya. Jessi tidak pernah bercerita apapun. Ia tidak tahu apa yang salah dengan Felix sampai Jessi berbicara seperti itu.
Yuli menghela napas lagi. Mencoba memikirkan solusi lain, tapi ia tidak tahu masalah apa yang dihadapi Jessi dan Felix. Hal itu membuat otaknya seakan buntu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dominant
Romance⚠️ALERT!!!⚠️ 18+ 21+ Kisah cinta Jessi berakhir bahagia, ia sudah berpacaran dengan Felix sejak berada di bangku SMA. Setelah melewati berbagai cobaan, mereka berhasil menikah. Jessi bersyukur kisah cintanya tidak rumit, tidak ada siapapun yang beru...