SIXTY TWO ✧ I MADE IT

20.2K 632 118
                                    

Jessi menarik lengan pembantunya dengan cepat, membawanya menuju mobil. Semua belanjaan tidak ia letakkan di bagasi mobil, langsung dimasukkan dengan asal. Setelah itu, Jessi langsung menancap gas dengan kecepatan maksimal. Felix ada disini. Jantung Jessi berdegup kencang bukan main. Membayangkan apa yang akan ia dapatkan jika is tertangkap. Ia akan mati. Maka dari itu, Jessi akan berusaha mati-matian untuk lepas dari Felix.

✧✧✧

Seseorang menarik perempuan paruh baya itu, Felix memincingkan matanya, orang itu bukan Jessi, penampilannya sangat jauh berbeda. Apakah ia salah orang? tapi tidak, Felix tidak pernah salah. Mungkinkah Jessi merubah penampilannya? Ah, hal itu sudah pasti. Lagi-lagi, Felix menyeringai, memperhatikan dua orang yang bergerak menjauh.

Mereka menuju mobil kijang berwarna hijau army yang tampak asing bagi Felix. Felix sejujurnya tidak yakin, tapi dengan gerakan terburu-buru mereka, dan mobil yang langsung melesat cepat itu membuat Felix yakin bahwa mereka sedang lari dari seseorang. Tanpa disadari, Felix menyeringai, lalu menyusul mobil itu.

✧✧✧

Jessi mengenali dengan baik mobil yang mengejar mereka. Mobil hitam yang melaju cepat tanpa suara itu mobil Felix. Felix mengejarnya. Dan sayangnya, mobil yang baru dibeli Jessi bukanlah mobil yang dirancang untuk balapan. Tidak ada harapan untuk bisa menjauh dari Felix saat ini. Tapi Jessi masih terus berusaha memutar otaknya, ia sengaja mencari jalan ramai yang dipenuhi kemacetan. Felix tidak akan bisa mengejarnya di lautan kendaran seperti itu.

"Non.. tuan di belakang non.."

Suara babysitter nya terdengar panik, Jessi melihat tangannya gemetar menggendong Vincent.

"Iya sus"

Jawab Jessi tenang, padahal dalam hatinya, ia jauh lebih takut. Apa yang akan dilakukan Felix jika ia tertangkap? Felix pasti akan menghukumnya, Felix pasti tidak akan memaafkannya. Pria itu adalah seorang monster, sebanyak apapun air mata yang Jessi keluarkan, Felix tidak akan pernah perduli. Sekencang apapun Jessi memohon, Felix tidak akan merasa puas. Ia tidak akan berhenti sampai ia mendapat apa yang ia inginkan. Apa Jessi menyerah saja? mungkin itu lebih baik, semakin ia menghindar maka semakin berat hukuman yang akan ia dapat nantinya.

Jessi menggeleng-gelengkan kepalanya mengusir pemikiran bodoh itu jauh-jauh. Ia tidak boleh kembali, ia tidak boleh hanya diam dan menurut.

"Sus, nunduk sebentar"

Babysitter nya langsung merunduk. Ia mengerti rencana Jessi dengan baik. Di tengah kemacetan itu, tepat di samping mobil mereka, mobil kijang berwarna Army berhenti, menunggu kemacetan menyurut. Jessi berencana untuk menjadikan mobil itu sebagai pengecoh. Dan benar saja, Felix terkecoh dengan mobil yang hampir mirip itu. Saat sampai di persimpangan jalan raya, Jessi berbelok ke kiri, sementara Felix mengikuti mobil itu berbelok ke kanan.

✧✧✧

Tidak ada yang mengira bahwa Jessi akan pergi ke pelabuhan, ia melihat situasi di pelabuhan dengan tenang. Tidak ada pria-pria tinggi dengan jas hitam, tidak ada orang-orang yang memcurigakan, serta tidak ada orang yang mengenal Felix. Meskipun begitu, Jessi masih tetap waspada, berkali-kali ia menengok ke kanan dan kiri, memperhatikan tiap wajah yang ia temui, dan melakukan semuanya dengan cepat. Ia memesan tiket kapal menuju daerah Kalimantan.

Sesaat, Jessi dapat merasa tenang. Sambil menunggu mobilnya menaikki kapal, ia bersender di jok mobil dan memejamkan matanya. Ia mencoba mengatur napasnya, memikirkan sampai kapan ia harus terus berlari seperti ini. Badannya sudah lelah, matanya pun terasa perih, sementara otaknya masih tidak bisa berhenti khawatir. Selama ia belum berbeda pulau dengan Felix, ia masih merasa terancam.

DominantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang