SIXTEEN ✧ SLAVE

55.6K 800 46
                                    

Rahang Jessi mengeras menatap Felix yang duduk dengan menyilangkan kakinya, jari-jari lentiknya mengetuk-ngetuk tidak sabar, wajahnya tenang, namun misterius, sementara bibirnya menyeringai puas, senang karena ia memenangkan permainan kecil semalam. Dan seharian ini, Jessi akan menjadi gadis patuh untuknya. Felix sudah berjanji tidak akan melewati batas kemanusiaan, lagipula ia juga tidak suka memperlakukan Jessi layaknya hewan peliharaan atau budak sex yang harga dirinya sudah direnggut. Ia hanya ingin Jessi yang sulit diatur dan pemarah itu tunduk di hadapannya.

"C'mon sweetheart, show me."

"I-"

"I don't wanna hear anything unless "Yes, Sir" Jessica."

Rasanya Jessi ingin mencakar wajah Felix saat ini, wajah menyebalkan yang menatapnya dengan pandangan meledek. Jessi benci Felix, sungguh. Tapi entah kenapa ia tidak mau bercerai dengan Felix. Padahal, jika ia mengajukan perceraian, ia yakin Felix pasti akan mengerti. Tapi ia tidak mau. Ia tidak mau orang lain selain Felix.

"Oh my oh my~"
"I'm starting irritated."

Jessi tidak melakukan apa-apa, ia tidak bisa melakukan apa yang Felix mau. Ia tidak pernah melakukan hal itu sebelumnya. Apalagi melakukannya di depan Felix, ia pasti akan merasa malu setengah mati.

"Alright. You leave me no choice, Jessica,"
"Ten,"

Jessi mulai panik saat Felix mulai menghitung mundur. Astaga Jessi tidak tahu apa yang harus ia lakukan.

"Hurry, touch yourself for me."
"Nine,"

Jessi ingin menolak, tapi setiap kali ia mulai mengeluarkan kata-kata, Felix selalu memotongnya.

"Eight," Alis Felix naik sebelah, menatap Jessi dengan tatapan absolute khasnya.

Jessi mengepalkan tangannya erat, kemudian memejamkan matanya, menghela napas dengan berat hati.

"Fine."

"Open your legs."

Astaga, Jessi enggan melakukannya, sungguh. Ia benar-benar malu untuk melakukan hal mesum di depan Felix. Tapi Jessi tidak punya pilihan lain. Dengan terpaksa, ia membuka kakinya lebar menghadap Felix. Ia duduk di atas meja kerja Felix, sementara Felix duduk di depannya dengan tenang. Jessi tidak memakai apapun selain apron ala maid di film-film anime, tentu saja Felix yang menyuruhnya untuk memakai kostum seperti itu.

"Start touching, Jessica."

Oh demi apapun Jessi merasa begitu gengsi saat ini. Melakukan hal seperti itu di depan Felix? yang benar saja. Felix benar-benar menyebalkan, ia tahu persis apa yang paling tidak disukai Jessi.

"Don't make me counting down sweetie, it'll be worst when i start counting."

Sambil memalingkan wajah, Jessi mulai mengarahkan tangannya menuju bagian bawah tubuhnya, ia memejamkan matanya saat vaginanya berkedut karena bersentuhan dengan tangannya. Astaga ia benar-benar merasa malu saat ini, ia bahkan tidak mau menatap Felix sedikitpun.

"Listen to me attentively. I'll ordering you around, and all you have to do is just follow my instructions, understand?"

"Yes, Sir."

Jessi masih memalingkan wajahnya, ia berkali-kali mengumpat dalam hati karena  ia begitu tidak berdaya saat ini, pasrah menyerahkan dirinya di hadapan Felix, tanpa bisa membantah sedikit pun.

"Now start moving. Slowly."

Jessi mulai menggerakkan jari tengahnya secara perlahan, ia menggigit bibir bawahnya saat merasakan geli di sekujur tubuhnya.

DominantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang