Felix memasangkan ring gag kepada Jessi, membuat mulutnya terbuka begitu lebar, sejujurnya ia merasa sangat tidak nyaman dengan benda itu, air liurnya terus menetes membuatnya merasa jijik, tapi Felix sama sekali tidak terlihat bermasalah dengan hal itu.
"I need this to shut your dirty mouth, Jessica.."
Felix menunjukkan penisnya yang besar di hadapan Jessi yang sedang berlutut.
"Oh, i forgot. I need to tie your hands since you always slap my thigh during mouth lessons."
Ah, Jessi ingin sekali menolak, tapi ia bahkan tidak dapat berbicara dengan jelas saat ini. Felix berjalan menuju lemari, mengambil pita hitam panjang, Lalu kembali menghampiri Jessi, mengikat kedua tangannya di punggung.
"Ngh!!!"
Jessi mendesah saat Felix menggerakan anal beads yang berada dalam anusnya. Jessi dapat merasakan Felix menarik benda itu sampai dua buah bola keluar, ini memalukan, sungguh, rasanya seperti ia sedang buang air besar saja. Jessi ingin menggigit bibirnya, namun ring di mulutnya mencegahnya.
"Now... are you ready for the punishment?"
Jessi mengangguk, membuat Felix tersenyum puas, ia kembali duduk di singgasananya, membelai rambut Jessi yang berada tepat di depan penisnya, tanpa aba-aba, ia menarik rambut itu membuat Jessi mendangak menatapnya. Wajahnya memelas, matanya berkaca-kaca, dan Felix menyukainya.
Ia melepaskan tarikan kuatnya pada rambut Jessi, kembali membelai rambut itu dengan lembut, jari-jarinya menjelajahi wajah Jessi, ibu jarinya menyapa lidahnya. Lalu mulailah ia memasukkan penisnya ke dalam mulut Jessi yang terbuka lebar.
"Stay still."
Jessi langsung merasa tersedak saat dorongan yang pertama, Felix mendorong lebih dalam, lalu menahannya, membuat Jessi sedikit kesulitan bernafas karena tenggorokannya penuh. Felix mendorongnya lagi sampai semua miliknya tertanam dalam mulut Jessi, wanita pirang itu memejamkan matanya erat saat Felix menahan penisnya disana. Satu detik, dua detik, tiga detik, Jessi mulai terbatuk, tapi Felix belum juga mengeluarkan miliknya dari sana. Kedua tangan Jessi yang terikat berontak hebat, bergerak ke kanan ke kiri.
Semakin Jessi memberontak, Felix semakin menahan kepala Jessi dengan telapak tangannya. Jessi mulai terisak, setelah itu barulah Felix memundurkan penisnya, membuat Jessi menghela napas lega, tapi hanya sebentar, tidak sampai tiga detik, Felix kembali mendorong penisnya dalam-dalam sambil menahan kepala Jessi. Lagi-lagi, kedua tangan Jessi yang terikat erat memberontak.
"I said stay still, Jessica!"
Felix menghentakkan kepala Jessi lagi, membuatnya sulit bernapas, tapi kali ini ia berusaha untuk tetap diam, berusaha untuk tidak berontak, ia tidak ingin semua ini menjadi lebih rumit dari yang seharusnya.
Beberapa kali Felix memaju-mundurkan penisnya dengan berbagai macam tempo, mulai dari pelan, cepat, lalu sedang, kemudian dengan cepat lagi, lalu kembali pelan dan terakhir ia membiarkan tenggorokkan Jessi penuh dengan penisnya selama sepuluh detik.
Kondisi Jessi sudah tidak karuan saat ini, matanya sembab, air matanya kering di sekitar pipinya, rambutnya sudah seperti anak jalanan, menempel di sekiliing wajahnya karena keringat. Tapi Jessi tidak perduli, ia tidak perduli bagaimana keadaan wajah atau rambutnya saat ini. Ia hanya ingin menyelesaikan hukumannya dengan cepat.
Setelah sekitar empat puluh menit Felix memaju-mundurkan kepala Jessi, ia mulai merasa bosan, semua ini tidak membuatnya orgasme, ia tidak begitu suka ring gag. Akhirnya, ia melepaskan benda itu dari mulut Jessi, membuat Jessi setidaknya merasa sedikit tenang walau ia masih was-was karena tidak tahu apa yang akan dilakukan Felix selanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dominant
Romance⚠️ALERT!!!⚠️ 18+ 21+ Kisah cinta Jessi berakhir bahagia, ia sudah berpacaran dengan Felix sejak berada di bangku SMA. Setelah melewati berbagai cobaan, mereka berhasil menikah. Jessi bersyukur kisah cintanya tidak rumit, tidak ada siapapun yang beru...