"Lalu, anda bisa terima sikapnya yang selalu mendominasi?"
"Saya.. saya tidak tahu dok.."
Psikiater di hadapannya menanti Jessi melanjutkan kalimatnya dengan sabar. Tapi Jessi sendiri tidak tahu apa yang harus ia katakan.
"Saya bingung.. saya menyayangi suami saya, saya suka saat.. berhubungan sex dengan cara dia. Tapi di sisi lain.. saya merasa dia terlalu jahat, dia membuat saya takut.. dan.."
"Dan?"
"Dan.. saya tidak mau anak saya.. menjadi sosok yang dominan seperti ayahnya"
"Baik, dengan kata lain, anda ingin anak anda tumbuh menjadi seorang yang penyayang, begitu?"
"Benar, dok."
"Lalu apa yang membuat anda takut dengan suami anda sendiri?"
"Dia.. seorang praktisi BDSM. Jika saya tidak menuruti kata-katanya, maka saya akan dihukum dengan alat-alat BDSM nya."
Jessi menceritakan semuanya kepada psikiater itu. Hanya kepada-nya lah Jessi bisa terbuka tentang hal apapun. Ia tidak bisa bercerita kepada siapapun, termasuk teman-temannya. Maka ia memilih untuk pergi ke psikiater secara diam-diam. Felix tidak akan tahu, suaminya itu sedang menjalani business trip ke Bali selama dua hari.
"Jadi.. ia bisa sangat manis, tapi bisa juga menjadi sangat jahat. Ia mencambuk anda hari ini, lalu keesokannya ia memanjakan anda begitu?"
"Benar. Dan, itulah yang membuat saya ragu."
"Saya ingin anda jujur kepada saya, karena ini demi kebaikan diri anda sendiri. Apa anda menikmatinya? Apa anda seorang masokis?"
Jessi terdiam begitu lama, selama ini ia pun tidak tahu jawaban atas pertanyaan itu.
"Saya ragu dok.. saya benar-benar bimbang. Saya menyukainya, tapi saya juga takut. Dan.. terkadang, saya merasa jika saya tidak berhubungan dengan cara itu, saya merasa kurang puas."
"Maksud anda dengan cara BDSM?"
Ah, kenapa psikiater harus selalu memperjelas semuanya, padahal Jessi sengaja tidak menyebut demikian. Ia hanya mengangguk untuk menjawab pertanyaan psikiaternya itu, merasa agak malu untuk mengakuinya.
"Jika anda merupakan seorang masokis, lalu apa masalahnya? Apa yang membuat anda ingin tidak nyaman?"
"Saya nyaman dok. Hanya saja.. saya merasa hubungan ini tidak benar dan harus dihentikan."
"Apa anda sudah yakin?"
Jessi diam, tidak menjawab. Ia bimbang bukan main, ia bahkan tidak tahu apa yang sebenarnya ia inginkan, apa ia menginginkan Felix berubah untuk menjadi lebih lembut? Tidak, ia menyukai Felix yang tegas dan dominan seperti itu, ia tidak begitu menyukai hal-hal romantis. Lalu mengapa ia selalu merasa Felix begitu jahat padahal ia menyukai hal itu. Apa yang sebenarnya terjadi padanya? Apa yang sebenarnya ia inginkan dari Felix?
Jessi mengedip-ngedipkan matanya berkali-kali, menarik dirinya kembali ke kenyataan. Sadar bahwa ia sedang mengandung, dan dia tidak boleh terlalu banyak pikiran.
"Dok.. saya.. sepertinya saya memutuskan untuk memikirkan hal itu setelah anak saya lahir saja. Saya tidak mau stress saat ini, jadi.. apa dokter bisa memberi saya saran dan obat untuk membuat pikiran saya sedikit lebih tenang?"
"Baik, saya mengerti. Yang pertama, anda harus bersikap seperti biasa kepada suami anda, karena dengan menjauhinya akan membuat pikiran anda semakin merasa was-was, anda akan bertanya-tanya apa yang ia pikirkan tentang anda jika anda menghindarinya begitu. Jadi, mulailah untuk kembali ke kebiasaan anda semula."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dominant
Romance⚠️ALERT!!!⚠️ 18+ 21+ Kisah cinta Jessi berakhir bahagia, ia sudah berpacaran dengan Felix sejak berada di bangku SMA. Setelah melewati berbagai cobaan, mereka berhasil menikah. Jessi bersyukur kisah cintanya tidak rumit, tidak ada siapapun yang beru...