Felix menyeringai saat Jessi akhirnya mengakui bahwa ia menikmati semua ini.
"But Felix..."
Kedua tangan Jessi berontak, berusaha membebaskan diri dari dasi hitam yang mengikatnya erat. Felix menempelkan bibirnya di telinga Jessi lagi, membuat gadis itu berontak semakin hebat.
"But what?"
"B-but.. it's.. torturing me.."
Felix terkekeh. Entah kenapa, ia merasa puas. Semakin tersiksa gadisnya, semakin ia merasa puas.
"But you like it don't you?"
Tanya Felix sambil terus memainkan jarinya di dalam vagina Jessi, sangat perlahan, membuat gadis itu menahan napas.
Felix benar. Jessi menikmatinya. Jessi menyukainya. Bahkan tanpa ia sadari sama sekali. Felix lebih mengenal tubuhnya daripada dirinya sendiri. Jika memang Jessi tidak menyukainya, ia bisa membuat Felix berhenti kapan saja. Tapi apa yang ia lakukan? ia membiarkan Felix bermain lebih jauh dengan tubuhnya. Bahkan saat ini pun, ia bisa saja membuat Felix berhenti hanya dengan mengucapkan satu kata. Tapi Jessi tidak mau mengucapkannya. Felix benar, Jessi menyukainya.
"Y-yes.."
Dengan gerakan yang amat sangat perlahan, Felix menarik keluar jari telunjuknya dari vagina Jessi, menyisakan ujung jarinya saja, lalu diam disana selama beberapa saat. Membuat Jessi secara tidak sadar mulai menggerakkan pinggulnya, mencari kenikmatannya sendiri. Felix menyeringai, kembali menarik keluar jarinya, sampai akhirnya ia mendengar Jessi memohon,
"Felix.. please.."
Felix semakin menyeringai puas, kembali mendorong masuk jarinya, membuat Jessi kembali merasakan kenikmatan, perlahan-lahan, Felix mempercepat tempo tangannya. Jessi mendesah tak karuan saat merasakan dirinya mulai mendekati orgasme.
"I wanna cum!!"
Felix hanya terkekeh mendengarnya, kemudian kembali mendekatkan bibirnya ke telinga Jessi, berbisik,
"No."
Felix memperlambat jarinya, membuat Jessi mengepalkan kedua tangannya frustasi, ia mulai terisak.
"NOO NOO PLEASE DON'T... p-please.. k-keep going!! d-don't stop!"
Felix menarik keluar jarinya, lalu terkekeh sambil menunjukkan jari-jari nya yang dipenuhi cairan Jessi,
"Ahh.. do you really think i will let you finish so soon?"
Felix menjilat jari-jarinya yang dipenuhi cairan Jessi dengan sensual, lalu kembali menjelajahi tubuh Jessi. Felix membuka kedua kakinya lebar, membuat vaginanya terekspos sempurna. Jessi mengigit bibirnya, menanti Felix dengan sabar. Tangannya masih terus berusaha membebaskan diri dari dasi hitam yang membatasi pergerakannya, andai saja ia tidak terikat, Jessi pasti sudah memuaskan dirinya sendiri saat ini, ia tidak perlu menunggu Felix, ia akan langsung menyentuh di spot favoritnya. Sementara Felix lebih memilih untuk bermain-main, membuat Jessi menanti dan terus menanti sampai ia merasa frustasi dan putus asa.
Felix mengecup bagian dalam paha Jessi, terus menyusurinya sampai ke pangkal paha Jessi, kemudian diam disana, membuat Jessi menahan napas saat ia merasakan mulut Felix semakin mendekat ke vaginanya, tapi ia kembali menjauhinya, beralih menciumi bagian dalam paha Jessi.
Kedua tangan Jessi yang terikat spontan bergerak ke depan perutnya, jari-jarinya mendekati klitorisnya, tapi tangan Felix dengan cekatan menghentikannya, menggiring kedua pergelangan tangan Jessi yang terikat kembali ke atas.
"AKH!" Jessi menjerit saat merasakan gigitan di bagian dalam pahanya.
"You know what happens when you don't obey me.." Ucap Felix sambil tetap menggigit Jessi, membuat gadis itu mulai berkaca-kaca.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dominant
Romance⚠️ALERT!!!⚠️ 18+ 21+ Kisah cinta Jessi berakhir bahagia, ia sudah berpacaran dengan Felix sejak berada di bangku SMA. Setelah melewati berbagai cobaan, mereka berhasil menikah. Jessi bersyukur kisah cintanya tidak rumit, tidak ada siapapun yang beru...