Pukul 16:00, Felix mengajak Jessi untuk berkeliling mall. Biar bagaimana pun, Felix merasa bersalah menghukum Jessi seperti itu, ia memang tidak sadar saat itu, ia terbakar api cemburu yang membuatnya buta. Tapi tetap saja, ia melukai Jessi, melukai tubuhnya, melukai hatinya, ia takut membuat mental Jessi terganggu, ia tidak ingin Jessi kenapa-kenapa.
"Lixx abis ini kita ke gramedia ya!!"
Felix hanya mengangguk sambil tersenyum. Melihat Jessi ceria seperti itu memberikan kesenangan tersendiri untuknya.
Jessi berlarian memilih barang-barang yang ia suka, walau di tangannya sudah terdapat beberapa pasang pakaian, matanya tidak berhenti menatap sekeliling, mencari barang lain yang menarik perhatiannya.
Mata Jessi melirik talase sepatu yang menampilkan heels-heels mewah. Dengan cepat, ia langsung berlari kesana. Jessi sering shopping, ia bukannya norak karena baru pertama kali berbelanja di mall mewah. Entah kenapa, ia merasa begitu senang sekarang, ia merasa semua masalahnya hilang, ia melupakan rasa sakit di sekujur tubuhnya, ia melupakan rasa sedih akibat kehilangan pekerjaannya, ia melupakan semuanya.
Jessi memandangi satu persatu heels-heels cantik itu, ia sudah memiliki banyak heels, tapi ia tidak pernah merasa puas. Diambilnya dua pasang heels, yang satu berwarna merah muda, sepasang lainnya berwarna putih. Ditunjukkannya kedua heels itu kepada Felix.
"Lix, kata lo bagusan mana?"
Felix menatap sekilas, tidak tahu apa perbedaannya selain warna. Alih-alih menjawab, ia balik bertanya kepada Jessi.
"Lo suka yang mana?"
Jessi tampak bingung sesaat, memandangi kedua pasang heels itu untuk yang kesekian kalinya, lalu mendangak sambil menjawab,
"Dua-duanya"
"Yaudah, beli aja dua-duanya."
Mata Jessi melebar antusias mendengar jawaban Felix, astaga! ia merasa bagai di surga!
"Serius?!!!"
Lagi-lagi, Felix hanya mengangguk sambil tersenyum. Ya Tuhan, betapa menyenangkannya Felix jika setiap hari seperti ini.
"Lix.. kalo.."
"Satu lagi.. boleh?"Jessi mengangkat wajahnya menatap Felix, tersenyum lebar dengan kedua mata yang berbinar, Felix hanya tertawa melihat tingkahnya, lalu mengacak-acak puncak kepalanya.
"Terserah, sayang. Take everything you want."
"Aww my sugar daddy!"
"Ahahaha, don't call me like that in here, sweetheart. Or.. you want to seduce me hm? doing a public sex in one of the most expensive mall? such a naughty brain you have~"
"What?? it's just you! not mee!"
Felix hanya tersenyum sambil mencubit pipi Jessi, merasa gemas melihat Jessi yang merenggutkan bibirnya layaknya anak kecil yang tidak mau mengalah ketika diajak berdebat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dominant
Romance⚠️ALERT!!!⚠️ 18+ 21+ Kisah cinta Jessi berakhir bahagia, ia sudah berpacaran dengan Felix sejak berada di bangku SMA. Setelah melewati berbagai cobaan, mereka berhasil menikah. Jessi bersyukur kisah cintanya tidak rumit, tidak ada siapapun yang beru...