THIRTY ONE ✧ NYC

19.8K 661 21
                                    

Ibu jari Jessi yang dihiasi cat kuku berwarna gold berlari-lari diatas layar IOS canggihnya. Ia memandangi foto-foto para traveller, juga teman-temannya yang suka bepergian. Berbagai tempat mereka kunjungi, dari mulai kota cinta yang paling terkenal — Paris, sampai Negeri Matahari Terbit — Jepang.

Jessi suka alam, ia merasa begitu bebas di alam. Melihat gambar-gambarnya saja membuatnya merasa tenang. Ia terlalu sibuk bekerja sampai tidak pernah menyisihkan waktu itu memanjakan matanya di alam. Padahal, sudah lama ia mengagumi tempat-tempat wisata seperti Disneyland dan Paris.

"Akh!"

Gigitan Felix di telinganya menyadarkan Jessi dari lamunan. Pria itu merangkulnya dari belakang, dan dengan santainya bertanya apa yang sedang Jessi lihat.

"Lix, liat deh.. bagus banget ya?"

Jessi menunjukkan foto-foto tempat wisata yang paling ia sukai. Dari mulai Eiffel Tower, Disneyland, Cappadocia, sampai Idaho Falls dan Aurora Borealis di Iceland.

Felix langsung tersenyum mengerti melihat Jessi yang menjelaskan tempat-tempat itu dengan semangat.

"Mau kesana?"

"Mauuuu, gue kan udah gak kerja lagi Lix, gabut banget di rumahh."

"Yaudah nanti kita kesana sekalian honey moon."

"Oh iya!! kita belum honey moon hahahah, telat bangett!"

"Better late than never."

"Nanti kapan Lix?"

"Malam ini."

"Hah?! lo serius?!"

"Iya. Kenapa?"

"Lo gak ada meeting penting?"

"Gak ada. Meeting lain bisa diwakilin sama asisten pribadi gue."

Tanpa sadar, Jessi memeluk Felix dan langsung menciumnya. Ia excited. Sudah lama ia memimpikan tempat-tempat indah, hanya saja, ia tidak pernah punya waktu untuk itu.

"Yaudah, siap-siap sana."

✧✧✧

Pukul 17.30, Jessi sudah duduk dengan anggun di depan meja riasnya. Pukul 19.00 tepat, pesawat nya akan take off. Kunjungan pertamanya adalah New York, ia tidak sabar ingin menghabiskan waktu berbelanja disana.

Felix menghampiri Jessi, bersandar di meja rias menatap Jessi. memperhatikan tubuh Jessi dengan detail. Jessi mengenakan mini dress hitam ketat serta jaket bulu, rambut panjangnya di sanggul tinggi, membuat leher jenjang nya terekspos sempurna. Mini dress yang dikenakannya berpotongan rendah pada bagian leher, membuat belahan payudara Jessi terpampang sempurna.

"Jess,"

"Gue udah bilang kan, gue gak suka liat lo pake mini dress."

"Tapi kan gue pake jaket Lix."

"Tetep aja. Ganti."

Jessi menatap Felix tidak percaya. Apa-apaan pria itu. Jessi sudah tampil sempurna, tapi Felix malah menyuruhnya untuk mengganti pakaiannya?

"Rambutnya juga jangan ditata begitu, gue gak suka."

Jessi mendelik. Felix menyebalkan, sungguh.

"Cuma karena lo gak suka, terus gue gak boleh gitu?"

Felix tersenyum tipis, gadisnya ini benar-benar. Ia pikir hukuman terakhir yang diberikan kepada Jessi akan membuat gadis itu berubah. Tapi ternyata ia salah.

"Gue gak suka juga ada alasannya sayang~"

Setiap kali Felix memanggilnya seperti itu, bulu kuduk Jessi meremang seketika. Kata-kata manisnya memberikan kesan berupa perintah yang mendesak, harus dipatuhi, absolut.

DominantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang